Institusi Pendidikan Islam Pra Kebangkitan Kuttab Dan Madrasah
Siluetsenja.com, 24/01/2022 14:08 WIB
Pict By. IBTimes |
Dalam
kehidupan sehari – hari manusia tidak terlepas dari kehidupan sosial, oleh
karena itu manusia di tuntut untuk maju dan berkembang demi tercapainya
kesejahteraan. Untuk dapat memperolehnya manusia harus bisa berelasi dengan
alam dan lingungan sekitar yang senantiasa dinamis dan berubah-ubah. Usaha ini
di sebut “belajar”
Selain
itu yang utama adalah manusia sebagai khalifah di beri beban yang sangat berat.
Tugas tersebut dapat di laksanakan dengan baik jika manusia di bekali dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian luhur yang sesuai dengan kehendak
Allah. Semua ini dapat di penuhi hanya melalui proses pendidikan.
Pendidikan
juga mempunyai kedudukan penting, karena Ia akan membentuk kepribadian yang
nantinya akan menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Dengan
pendidikan seseorang dapat memahami dan menginterpretasikan lingkungan guna
mencapai peradaban yang gemilang.
Ajaran Islam yang menganjurkan
manusia untuk belajar, mendorong umat Islam untuk berusaha mencari pengetahuan
di manapun pengetahuan itu berada. Mengenai pendidikann Islam, banyak sekali
hal-hal yang masih dapat kita kaji, dan
berikut ini siluetsenja akan mencoba mengulas tentang
institusi pendidikan pra kebangkitan kuttabb dan madrasah.
A. Pengertian
Sejarah Pendidikan Islam
Dalam
bahasa Arab, sejarah disebut “tarikh”, artinya “ketentuan massa”. Selain itu
kata tarikh juga dipakai dalam arti “perhitungan tahun”. Dalam bahasa Inggris, sejarah
disebut “history” yang berarti the development of everything in time
(perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa), To describe past event.*
Sesuatu
yang berkaitan dengan hari lampau itu sangat luas dan tak terbatas Sejarah
adalah menyangkut hal, peristiwa, pada masa lampau. Yang biasanya berupa cerita
dari mulut ke mulut. Di sepakati dalam ilmu sejarah bahwa zaman sejarah bermul
ketika bukti-bukti tertulis telah ditemukan,
sedangkan yang sebelumnya disebut pra sejarah.*
Munculnya
ilmu pendidikan mempengaruhi umat Islam untuk mengkaji sejarah pendidikan
Islam, hal ini menuntut seorang muslim untuk tahu bagaimana sesuatu bisa
terjadi. Menurut beberapa sumber referensi penyusun, bahwa Sejarah pendidikan
islam adalah sebagai keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dari satu waktu ke waktu yang lain, sejak lahirnya Islam
sampai sekarang serta cabang ilmu pengetahuan yang berubungan dengan tumbuh kembang pendidikan Islam sejak
zaman Nabi sampai sekarang.
B. Faktor
Munculnya Lembaga Pendidikan Non Formal Pra Madrasah
Beberapa faktor yang mendorong munculnya lembaga-lembaga
tersebut adalah antara lain:
Pertama,
terdorong oleh motivasi-motivasi untuk mengembangkan keilmuan. Kaum muslimin
pada masa awal membutuhkan pemahaman al-Qur’an sebagai apa adanya, begitu juga
butuh keterampilan membaca dan menulis, Ibnu Khaldun mencatat bahwa pada awal
kedatangan islam orang-orang Quraisy yang pandai membaca dan menulis hanya
berjumlah 17 orang. Semuanya laki-laki.
Kedua,
terdorong berkembangnya kebutuhan pada masa awal islam untuk mendakwahkan
islam, karena itu sasaran pun pada mulanya ditujukan untuk orang-orang dewasa.
Menjadi semakin meluas tingkatan usianya, sehingga sampai pada usia anak-anak.
C. Tujuan
Pendidikan Islam.
Adapun
tujuan di adakanya pendidikan antara lain:*
1.
Tujuan kegamaan dan akhlak
Anak-anak
di didik dan diajar membaca/menghafal Al-Qur’an , karena hal itu merupakan
suatu kewajiban dalam agama, supaya merea mengiut agama dan berahlak menurut
agama. Begitu juga mereka diajar tafsir, hadis dan sebagainya adalah karena
tuntutan agama.
2.Tujuan
kemasyarakatan
pemuda
belajar menuntut ilmu supaya merea dapat memperbaiki masyarakat yang penuh
kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, sehingga menjadi
maju dan makmur.
3. Cinta
ilmu pengetahuan
Mereka
belajar tak mengharap keuntungan apapun, selain mendalami ilmu pengetahuan.
Mereka mengembara ke seluruh negara Islam tanpa menghiraukan susah payah
perjalanan demi tujuan mereka yang tidak lain adalah untuk memuaskan jiwa yag
haus akan ilmu pengetshusn.
4.
Tujuan kebendaan
Mereka
menuntut ilmu supaya mendapat penghidupan yang layak serta pangkat yang tinggi,
seperti tujuan sebagian orang yang hidup di masa ini.
D. Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam Pra kebangkitan Madrasah dan Kuttab
Pada umumnya lembaga pendidikan
islam sebelum madrasah di masa klasik di klasifikasikan atas dasar muatan
kurikulum yang di ajarkan dalam hal ini kurikulumnya meliputi pengetahuan agama
dan pengetahuan umum.*
Atas dasar ini , lembaga pendidikan
islam di masa klasik menurut charles michael stanton di golongkan ke dalam dua
bentuk yaitu lembaga formal dan informal, dimana yang pertama mengajarkan ilmu
agama dan yang kedua mengajarkan
pengetehuan umum. Sementara George maksidi dalam hal yang sama
menyebutkan sebagai lembaga pendidikan eksklusif (tertutup) dan lembaga
pendidikan inklusif (terbuka). Tertutup artinya hanya mengajarkan pengetahuan
agama dan yang terbuka artinaya menawarkan pengetahuan umum.*
Lembaga-lembaga pendidikan islam
sebelum masa periode madrasah adalah sebagai berikut:
1. Rumah
Rumah di
sini yang di maksud adalah rumah-rumah para ulama. Rumah ulama memberikan
peranan penting dalam mentransmisikan ilmu agama dan pengetahuan umum.sebagai
transmisi keilmuan,rumah muncul lebih awal daripada masjid.Sebelum Masjid di
bangun, ketika di Mekkah Rasulullah menggunakan rumah al-Arqam ibn Abi
al-Arqaam sebagai tempat berkumpul para sahabat dalam menyampaikan wahyu yang
diterima dari Allah melalui malaikat Jibril as memberikan, ini membuktikan
bahwa rumah adalah lembaga pendidikan pertamama dalam Islam.
Sebelum
Masjid di bangun, disamping di rumah al-Arqam Nabi juga mengajaar di rumahnya,
Mekkah. Berkumpulah manusia disekitar Beliau. Karena kondisi ini terus menerus
tak henti, maka turun surat al-Ahzab ayat 35 dengan maksud Allah meringankan
kesibukan Nabi untuk Istirahat.
Selanjutnya
meski rumah bukanlah tempat yang ideal untuk memberikan pelajaran banyak rumah
ulama yang dipakai sebagai tempat belajar. Banyak laporan sejarah yang menjelaskan bahwa banyak pelajar yang menungguu di depan
pintu ulama untuk mencari pemecahan masaalah yang mereka hadapi atau
mendiskusikan persalan fikih ada pula yang menghadap ulama untuk meminta
riwayat hadis, mendengaran puisi atau belajar ilmu lainya.
2. Masjid
Kata
masjid berasal dari bahasa arab “sajada” yang artinya tempat sujud. Dalam
pengertian lebih luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah
dan tempat berenung dan menatap masa depan. Ketika Rasullullah hijrah ke
madinah,salah satu proogram pertama yang beliau lakukan adualah pembangunan
sebuah masjid. masjid yang pertama kali di bangun nabi adalah masjid At-taqwa
di quba. Menurut al-baladzuri dan ibn hasyim,sebenarnya masjid quba didirikan
oleh sahabat nabi yang dahulu hijrah ke Madinah.*
Semenjak masyarakat islam memasuki
kemajuan,masjid turut berubah. Kompleksnya tuntutan masyarakat akan masjid
menyebabkan perbedaan dua masjid, yaitu masjid tempat sholat jum’at atau jami’
dan masjid biasa. Istilah jami’ berasal dari masjid al- Jami’. Akhirnya hanya
disebut jami’ sebagai lawan masjid, Masjid yang tidak di pakai untuk sholat
jum’at. Jumlah jami’ lebih sedikit dibanding jumlah masjid. Pada abad ke-11 M.
Di
Baghdad hanya terdapat Enam Jami’, tetapi beratus-ratus masjid dapat dijumpai.
Begitu pula di Damaskus, sedikit sekali jumlah Jami’ di banding masjid. Di
Kairo tidak seperti di Baghdad dan Damaskus, terdapat banyak jami’ sebagai
sarana mengkanter mazhab-mazhab Sunni,
Khususnya mazhab Syafi’i.*
Baik
jami’maupun masjid keduanya digunakan sebagai penyelenggara pendidikan Islam.
Namun,perbedaan status suatu masjid mengakibatkan perbedaan karakteristik
kegiatan belajar mengajar di kedua masjid tersebut.
Jami’
sebagai lembaga pendidikan, memiliki halaqah-halaqah yang mengajarkan berbagai
bidang ilmu agama.Kegiatan pengajaran yang dibentuk majlis-majlis juga sering
diadakan di Jami’. Bahkan, tidak sedikit jami’ memiliki zawiyah-zawiyah(tempat
orang-orang yang senantiasa ingin mendekatkan diri pada Tuhan) yang mengajarkan
keagamaan.
Zawiyah
itu didirikan untuk seorang syeikh yang termasyhur yang bertugas mengajarkan
ilmu dan mengasingkan diri untuk beribadah. Pada umumnya Zawiyah dikenal dengan
nama Syeikh yang terkenal karena ilmu dan ketakwaannya.*
3. Halaqah
Halaqah
artinya lingkaran. Lembaga ini secara umum di kenal dengan sistem halaqah.
Seorang guru biasanya duduk di atas lantai sambil menerangkan, membacakan
karangannya, atau komentar orang lain terhadap suatu karya pemikiranb.
Murid-muridnya akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk di atas lantai,
yang melingkari gurunya.sistem ini merupakan gambaran tipikal dari murid-murid
yang bekumpul untuk belajar pada masa itu.
Metod
ini, bahkan masih berkembang sampai sekarang seperti di pesantren-pesantren.
Semua umur dan jenjang berkumpul bersama untuk mendengarkan penjelasan guru,
tidak di bedakan antara usia dan jenjang pendidikannya.
Kegiatan
halaqah bisa terjadi di masjid-masjid atau di rumah-rumah. Halaqah yang di
rumah biasanya di laksanakan oleh seorang ulama dengan mengundang ulama-ulama
lain atau murid-muridnya untuk berdiskusi. Bahkan setelah madrasah lahir sistem
halaqah di laksanakan di madrasah-madrasah.*
4. Majlis
Di saat
dunia pendidikan islam mencapai zaman keemasan, majlis berarti sesi dimana
aktifitas pengajaran atau diskusi berlangsung, dan belakangan majlis diartikan
sejumlah aktifitas. Majlis yang diidofahkan
pada nama orang berarti milik, misalnya majlis
al-Nabi, artinya majlis yang diselenggarakan oleh nabi.
Namun
demikian, tidak semuanya berarti milik, misalnya majlis al Syafi’i bukan
berarti majlis yang diselenggarakan di rumah al Syafi’i, tetapi menunjukkan
kegiatan kelas belajar mengajar yang diselenggarakan oleh al Syafi’i. Yang
disebut terakhir lebih menunjuk kepada kelas yang mengajarkan fikih Imam
Syafi’i.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan
dalam islam, Islam digunakan sebagai kegiatan transmisi keilmuan dari berbagai
disiplin ilmu.
Menurut
Muniruddin Ahmed ada tujuh macam majlis, sebagai berikut*
a)
Majlis Al-Hadis
Majlis
ini diselenggarakan oleh ulama atau guru yang ahli dalam bidang hadis. Majlis
ini bisa berlangsung antara 20-30 tahun dan jumlahnya peserta yang mengikuti
majlis ini dapat mencapai ratusan ribu orang, seperti majlis yang disampaikan
oleh Ashim ibn Ali di masjid al-Rusafa diikuti oleh 100.000 sampai 120.000
orang.
b) Majlis Al-Tadris
Majlis ini merujuk kepada majlis selain
daripada hadis seperti majlis fiqih, majlis nahwu atau majlis kalam. Dalam
artian majlis ini tidak hanya mengkaji pada displin ilmu tentang hadits akan
tetapi mencakup hingga pada kajian tentang fiqih, nahwu, ilmu kalam dan
sebagainya.
c) Majlis al-Munazharab
Majlis ini dipergunakan sebagai sarana
untuk perdebatan mengenai suatu masalah oleh para ulama. Menurut Syalabi,
khalifah Muawiyyah sering mengundang para ulama untuk berdiskusi di istananya.
Diluar istana, majlis ini ada
yang dilaksanakan secara continue dan spontanitas, bahkan ada yang berupa
kontes terbuka dikalangan ulama. Untuk model ini biasanya hanya dipakai untuk
mencari popularitas ulama saja.
Ada beberapa macam majlis al-Munazharah
yaitu:
1. Majlis al-Munazharah yang diselenggarakan
atas perintah khalifah.
2. Majlis al-Munazharah lebih bersifat edukatif dan dilaksanakan secara kontinue
3. Majlis al-Munazharah diselenggarakan secara spontan. Pertemuan ini
terjadi secara tidak sengaja
4. Majlis al-Munazharah yang bersifat
seperti kontex terbuka antara beberapa ulama yang diselenggarakan dengan
mengumpulkan beberapa ulama.
d) Majlis al-Muzakarah
Majlis ini merupakan inovasi
murid-murid yang belajar hadis. Majlis ini diselenggarakan sebagai sarana untuk
berkumpul dan saling mengingat dan mengulang pelajaran yang sudah diberikan
sambil menunggu kehadiran guru. Pada perkembangan berikutnya majlis
al-Muzakarah ini dibedakan berdasarkan materi yang didiskusikan yaitu meliputi
sanad hadis, materi hadis, perawi hadis, hadis-hadis dho’if, korelasi hadis
dengan bidang ilmu tertentu, serta tentang kitab-kitab musnad.
e) Majlis as-Syu’ara
Majlis ini
adalah lembaga untuk belajar syair dan juga sering di pakai untuk kontes para
ahli syair.
f)
Majlis Adab
Majlis ini
adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah dan
laporan bersejarah bagi orang-orang yang terkenal.
g)
Majlis al-Fatwa dan Nazar
Majlis ini
merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di bidang
hukum kemudian difatwakan. Disebut juga majlis ini adalah perdebatan antara
ulama fiqih atau hukum islam.
5. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat dimana
terdapat kumpulan-kumpulan atau koleksi buku yang dapat dibaca-baca bahkan
dipinjam. Perpustakaan berkembang luas pada masa Abbasiyyah, baik perpustakaan
umum maupun perpustakaan pribadi. Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan
itu antara lain ialah meluasnya penggunaan kertas untuk menyalin kitab-kitab,
bermunculnya para penyalin kitab, dan berkembangnya halaqoh para sastarawan dan
ulama.
Disamping itu, penghargaan terhadap
ilmu mendorong kaum muslimin untuk membeli kitab-kitab dari berbagai negeri.
Dengan demikian perpustakaan menjadi pusat pendidikan dan kebuadayaan islam
yang sangat penting.
Beberapa perpustakaan umum
yang terkenal ialah perpustakaan Bayt al-Hikmah di Bagdad yang didirikan oleh
Khalifah Harun al-Rasyid dan berkembang pesat pada masa Khalifah al-Makmun,
perpustakaan Bayt al-Hikmah di Ruqadah, Afrika Utara yang didirikan oleh
Ibrahim II dari Dinasti Aghlabi, seorang amir yang sangat cinta kepada ilmu dan
pendiri kota raqadah pada tahun 264H/878H. Perpustakaan Dar al-Hikmah Cairo
yang didirikan oleh al-Hikmah bin Amrillah pada tahun 395H.
6. Saloon
kesusasteraan
Salon
kesusasteraan adalah suatu majlis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk
membahas berbagai macam ilmu pengatahuan. Majlis ini bermula sejak zaman
Khulafaurrasyidin yang biasanya memberikan fatwa dan musywarah serta diskusi
dengan para sahabat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pada masa
itu. Dalam majlis sastra tersebut bukan hanya dibahas dan didiskusikan
masalah-masalah kesusasteraan saja melainkan berbagai macam ilmu pengatahuan
dan berbagai kesenian.
7. Khan
Khan berfungsi sebagai
penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang
memiliki banyak toko. Seperti Khan al-Narsi yang berlokasi di Alun-alun Karkh
di Bagdad, selain itu khan juga berfungsi sebagai sarana untuk murid-murid dari
luar kota yang hendak belajar hukum islam disuatu majlis seprti khan yang dibangun
oleh Di’lij ibn Ahmad Ibn Di’jil pada akhir abad ke 10M di Suwaiqat Ghalib
dekat makam Suraij. Diamping fungsi diatas khan juga digunakan sebagai sarana
untuk belajar privat.
8. Ribath
Ribath adalah tempat kegiatan
kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan
mengkonsentrasikan diri untuk ibadah semata-mata. Ribath biasanya dihuni oleh
sejumlah orang-orang miskin. Disamping melakukan praktek sufistik, mereka juga
memberi perhatian kepada kegiatan keilmuwan. Pada umunya ribath dibangun untuk
sufi laki-laki, tetapi ada juga ribath yang dibangun untuk sufi wanita dimana
mereka bertempat tinggal, beribadah dan mengajarkan pelajaran agama didalamnya.
E. Kesimpulan
A. Sejarah pendidikan islam adalah sebagai keterangan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari satu waktu ke waktu yang
lain, sejak lahirnya Islam sampai sekarang.
B. Faktor munculnya lembaga
pendidikan non formal
a. terdorong oleh motivasi-motivasi untuk mengembangkan keilmuan.
b. terdorong berkembangnya kebutuhan pada masa awal islam untuk
mendakwahkan islam
C. Tujuan Pendidikan Islam
a.
Tujuan kegamaan dan akhlak
b.Tujuan
kemasyarakatan
c. Cinta
ilmu pengetahuan
d.
Tujuan kebendaan
D. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Pra
kebangkitan Madrasah dan Kuttab
1. Rumah 5. Perpustakaan
2. Masjid 6. Saloon kesusasteraan
3. Halaqah 7. Khan
4. Majlis 8. Ribath
DAFTAR
PUSTAKA
Yonathan Lindya , take the process of leraning english simply internationaly
and vigorously without memorizing and thingkinghard,hlm.146.
Asrokhah,
Hanun,Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta:
Logos.1999
Nizar Samsul,Napaktilas
Perubahan Konsep,Filsafat,Dan metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi
SAW sampai Ulama Nusantara, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Cet. III.2009
Nizar
Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008
Sunanto,
Musyrifah.Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2003
Yunus,Mahmud.
Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
PT.HIDAKARYA AGUNG.1963
Hasan
Fahmi,Asma,Sejarah dan Filsafat
Pendidikan Islam,terjemahan Ibrahim Husaein,Jakarta :Bulan Bintang,1979
Zuhairini,
dkk. Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. BUMI AKSARA. 2011
Suwendi. Sejarah
dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persanda. 2004
Stanton,
Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam, Jakarta: Logos
Publishing House. 1994
0 Response to "Institusi Pendidikan Islam Pra Kebangkitan Kuttab Dan Madrasah"
Post a Comment