Integrasi Perspektif Global Dalam Pendidikan
Siluetsenja.com, 31/01/2022 12:22 pm
Integrasi Perspektif Global Dalam Pendidikan Pict By. Ngelmu |
Dalam menghadapi globalisasi harus memiliki persiapan yang kuat.
Jika tidak globalisasi akan memberikan dampak negatif yang menakutkan. Memperluas
wawasan merupakan salah satu usaha yang dapat meminimalisir dampak negatif dari
globalisasi itu sendiri. Salah satu cara untuk memperluas wawasan yaitu dengan
pendidikan, pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yang
tidak bisa terlepas dari arus globalisasi, melalui pendidikan manusia dapat di
arahkan untuk lebih memanfaatkan perkembangan IPTEK dengan baik.
Peningkatan
pendidikan bagi suatu negara harus di prioritaskan karena hanya orang yang
memiliki pengetahuan saja yang dapat bertahan hidup di masa yang akan datang.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan pengelolaan
pendidikan yang berwawasan global.
Perspektif global yaitu pandangan
yang timbul karena adanya pemikiran bahwa manusia tidak dapat terlepas dari
arus globalisasi, tidak lagi ada pembatas antar negara
A.
Paradigma Pembelajaran di Era Global
Paradigma adalah seperangkat peraturan dan ketentuan (tertulis
maupun tidak) yang berfungsi untuk dua hal yaitu menciptakan atau menentukan
batas-batas dan menjelaskan cara berperilaku di dalam batas-batas tersebut agar
menjadi orang berhasil.
Era global dan dlobalisasi tidak terelakan lagi, juga menimbulkan perubahan
penting dalam berbagai aspek dunia pendidikan. secara kelembagaan , globalisasi
mendorong terjadinya proses otonomisasi, devolusi, desentralisasi, dan
privatisasi pendidikan. pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, orang bisa
menyaksikan gejala desentralisasi dimana pemerintah lokal bersama masyarakat
tempatan semakin memainakn peranan lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan pendidikan. pada tingkat
pendidikan tinggi, terjadi peningkatan proses otonomisasi dan
privatisasi,dimana peran pemerintah semakin mengecil, dan sebaliknya, peran stake
holder kian membesar.
Dalam hal substansi pendidikan, globalisasi juga menimbulkan
perubahan penting. selaras dengan perkembangan masyarakat globalisasi yang pada
dasarnya bertumpu pada
knowledge-based-society jiks tidak knowledge –based economy- subyek (mata
pelajaran atau mata kuliah) juga mengalami perubahan. terdapat kecenderungan
kuat terjadinya “ penyederhanaan” kurikulum. yang dipandang tidakterlalu
penting dan tidak relevan dengan kebutuhan global dihilangkan dari kurikulum,
sebaliknya subyek-subyek yang urgen atau instrumental bagi peserta didik dalam
menghadapi realitas globalisasi, semakin mendapat penekanan penting, atau
bahkan diprioritaskan.
Globalisasi yang ditandai kemajuan penting dalam teknologi informasi
dan komunikasi, mendorong terjadinya pula perubahan dalam pembelajaran. dalam
perspektif makro, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempercepat
proses demokratisasi dan equity dalam pembelajaran. guru atau tenaga pengajar
kini tidak lagi merupakan satu-satunya narasumber dalam proses pembelajaran.
eknologi informasi dan komunikasi yang kini ada dan juga yang akan terus
berkembang semakin memungkinkan peserta didik untuk mengakses sendiri beragam
sumber belajar. karena itu, jika guru atau tenaga pengajar tetap ingin
memainkan peran sentral dalam proses pembelajaran, mereka harus melakukan
perubahan atau sedikitnya penyesuaian dalam paradigma, strategi pendidikan dan
teknologi pembelajaran. jika tidak, tenaga pengajar akan kehilangan makna
kehadiran dalam proses pembelajaran.
Surakhmad
memberikan sebuah daftar penting dan menarik tentang perubahan atau peralihan
paradigma, dari yang berorientasi ke masa silam menjadi berorientasi ke masa
depan:
1.
Peralihan dari
pendidikan yang mengutamakan nilai kehidupan budaya feodal aristokrasi ke
pendidikan yang menggalakan kehidupan nilai budaya demokrasi.
2.
Peralihan
pendidikan yang memihak kepentingan penguasa dan kekuasaan kepada pendidikan
yang mengutamakan kepentingan rakyat.
3.
Peralihan
pengelolaan pendidikan yang terpusat secara sentralistik kepada pengelolaan
pendidikan berbasiskan kekuatan masyarakat
4.
Peralihan sikap
kependidikan yang mengutamakan keseragaman ke sikap pendidikan yang menghargai
keberagaman.
5.
Peralihan pola
menejemen pendidikan yang memupuk ketergantungan masyarakat ke pola manajemen
pendidikan yang mengutamkan kemandirian
6.
Peralihan dari
pendidikan yang mengondisi masyarakat takluk kepada gaya pemerintahan melalui
kebijaksanaan (penguasa) ke pendidikan yang menyadarkan masyarakat tentang
keteraturan dan kepastian hukum
7.
Peralihan dari
metodologi pendidikan yang mengutamakan pengawetan dan konformisme nilai usang
yang disakralkan kepada metodologi pendidikan yang merintis pengembangan ilmu
dan pemanfaatan teknologi
8.
Peralihan dari
pandangan kependidikan yang lebih banyak bersifat pelaksanaan kewajiban ke
pandangan yang mendidik dan menyadarkan warga negara mengenai hak asasi manusia
9.
Peralihan dari
orientasi pendidikan yang mengutamakan pelestarian dan keseimbangan dari sudut
kepentingan politik ke orientasi pendidikan yang mengutamakan perubahan, pertumbuhan,
dan kemajuan
10.
Peralihan dari
sikap kependidikan yang konformistiki, memasung dan punitif, ke sikap
pendidikan yang motivatif, merangsang dan menghargai kreativitas dan inovasi
11.
Peralihan dari
pandangan pendidikan yang tertutup, isolasionistik, terpola (dibakukan), ke
pandangan yang merangsang kerjasama secara terbuka dan fleksibel
12.
Peralihan dari
pola dan program kurikuler yang statis, skolastik, tradisional ke pola dan
program kurikuler yang dinamis, rill, dan kontekstual.
Perubahan atau pergeseran paradigma tersebut semestinya dilakukan
dalam berbagai aspek pendidikan, sejak dari pandangan dunia filosofis, budaya
di lingkungan pendidikan, politik pendidikan, substansi dan kurikulum, praktik
kependidikan, dan pembelajaran. kalau kita mengharapkan pendidikan lebih
fungsional, perubahan atau pergeseran paradigma itu haruslah tidak
sepotong-sepotong tetap menyeluruh, integratif dan sistematik.
B.
Muatan Global
dalam Pendidikan Nasional
Gerakan globalisasi saat ini sangat terasa dampaknya pada sistem
kehidupan sosial ekonomi kita. Bahkan nyata sekali, SDM saat ini justru harus
berkompetisi secara global. Kualitas pekerjaan yang menghasilkan barang untuk
pasar global juga harus memiliki kualitas secara internasional. Karena itu,
kita tidak cukup mempersiapkan peserta didik hanya untuk memiliki unggulan
komparatifsecara lokal dan regional. Tetapi lebih jauh dari itu, peserta didik
kita perlu memiliki unggulan kompetitif secara global. Komoditas ekspor kita ke
negara-negara maju seperti alat-alat elektronika, kayu lapis, tekstil,
kerajinan tangan, dan sebagainya, harus mengikuti kualitas standar
internasional. Konsekuensinya. Pendidikan kita harus menyiapkan tenaga kerja
yang juga berkualitas internasional. Tanpa memperhatikan prasyarat perdagangan
internasional, kita sebagai bangsa tidak akan dapat mengambil bagian dalam tata
perekonomian pasar global.*
Hal ini perlu
diterjemahkan oleh sistem pendidikan nasional kedalam program-program dan
proses belajar mengajar secara oprasional. Karena itu, sebenarnya pendidikan
nasional kita juga perlu memikirkan muatan global dalam aspek pengajarannya
untuk bidang-bidang studi yang relevan. Jika kita mengabaikan gerakan
globalisasi, pendidikan kita dalam jangka panjang hanya akan menghasilkan SDM
yang berkualitas lokal. Kondisi seperti ini cepat atau lambat akan mengisolasi
bangsa kita dari proses transfer tekhnologi mutakhir yang dilahirkan oleh
masyarakat dan peradaban dunia sebagai akibat tidak dimiliknya kemampuan
komunikasi antar bangsa.
Kesiapan negara
maju
Di negara Maju
seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, memang sengaja secara
eksplisit memiliki bidang “Global Education”. Isis pokok bidang studi ini
adalah memperkenalkan aspek budaya bangsa-bangsa lain di dunia kepada para
siswa mereka. Dilihat dari tujuan pendidikan nasional mereka, negara maju
memeng telah siap menghadapi gerakan globalisasi. Misalnya Amerika Serikat,
dalam documen American 2000: An Education Strategy, terdapat enam tujuan
pendidikan nasional Amerika Serikat. Salah satunya bahwa amerika Serikat memang
ingin memiliki pengaruh secara global. Untuk mencapai cita-cita itu, pendidikan
nasional diformulasikan sebagai: US student will be firstin the word in science
and mathematics acheivement.
Pada tahun
1993, komisi Nasional Pendidikan Inggris juga melincurkan sebuah dokumen yang
berisi tentang atrategi pendidikan untuk mengantisipasi gerakan globalisasi
dokumen itu adalah: Learning to succeed: A Radical Look at Education Today and
A Strategy for The Future.
Dokumen setebal
458 halaman ini menunjukan betapa sistematisnya pendidikan di inggris
menghadapi pengaruh gerakan globalisasi dunia. Dalam buku itu, secara jujur
komisi Pendidikan Nasional Inggris mengakui bahwa saat ini orang-orang inggris
tidak lagi dapat memonopoli ilmu pengetahuan dan teknologi. Pekerjaan rekayasa
teknologi canggih yang pada zaman dahulu hanya dapat dikerjakan oleh inggris,
saat ini sudah dapat dikerjakan oleh jutaan bangsa lain di dunia,. Berangkat
dari sisni, komisi pendidikan perlu merekomendasikan bahwa pendidikan di
inggris harus memmiliki orientasi secara global dan demikian mengupayakan
output pendidikan bersetandar internasional.
Salah satu
tujuan dan misi Komisi Pendidikan Nasional Inggris dirumuskan kedalam kalimat
yang mencerminkan muatan global pada sistem pendidikan nasional Inggris: In
the United Kingdom much higher achievement in education and training is needeed
to match world standards.*
C.
Pendidikan yang
mengubah dunia
Pendidikan
selalu dipercayai dengan kepercayaan yang sama, dipandang sebagai sesuatu yang
penting bagi keberlangsungan hidup manusia dimanapun. Di Eropa misalnya
kepercayaan kepada pendidikan melahirkan sesuatu hal seperti school, atau
pedagogie, education, andragogie, dan sebagainya. Di Timur kita mengenal istilah madrasah,
majlis ta’lim, halaqah, pesanyren,
padepokan grahavidya, dan lain sebgainya, yang kesemua itu menunjuk ke
tempat atau wahana pendidikan.
Disana manusia
dikelompokan kedalam dua tipe. Pertama anak didik adalah diri yang dipandang
harus dinbimbing, diarahkan, dibentuk agar terarah. Kedua guru, adalah mereka
yang membimbing, mengarahkan, dan membentuk . sebab ia adalah seorang guru yang
dipandang sebagai diri yang berlimpah pemahaman dan pengetahuan tentang
berbagai halyang ada dalam hidup dan kehidupan.*
D.
Dampak teknologi
pada pendidikan
1.
Pengetahuan
Berlainan
dengan masa-masa yang lalu, jumlah pengetahuan yang telah terkumpul dari hasil
karya manusia dewasa ini sudah menjadi sangat besar. Tak mungkin seseorang
dapat memahami keseluruhannya, bahkan dalam kurun waktu sepanjang hidupnya.
Setiap hari informasi baru dalam jumlah yang amat besar juga akan ditambahkan
dalam khasanah ilmu pengetahuan yang sudah ada.
Seorang
pengajar betapapun hebatnya akan tertinggal pengetahuannya dibandingkan dengan
ribuan pakar yang masing-masing menghasilkan informasi baru. Sumber-sumber yang
kaya informasi mutakhir dan mudah aksesnya seperti yang tersedia di internet
akan lebih kaya daripada informasi yang diberikan oleh seorang peserta didik
yang perbendaharaan informasinya tak akan memadai lagi.
Informasi yang
tersedia saat ini juga bukan hanya sekedar kupulan informasi yang jumlahnya
banyak, tetapi sistem komputasi jaringan memungkinkan kumpulan informasi itu di
ramu menjadi expert system yang memiliki sejumlah kepintaran.
Keterbatasan
kapasitas daya tampung informasi para peserta didik juga akan memaksa
tersediannya program yang bersifat fleksibel, yang sanggup melayani kebutuhan
peserta didik yang mungkin berbeda-beda.*
2.
Ketermpilan
Corak
keterampilan pun akan berubah dengan penerapan teknologi yang baru. Pada abad
yang lalu kita telah menyaksikan perubahan bada kemampuan kerja dari andalan
tenaga-tenaga manusia dan binatang menjadi tenaga yang digerakan oleh
mesin-mesin.
Kita juga
menyaksikan persaingan antara kerajinan tangan dengan produksi skala besar
dengan menggunakan mesin-mesin yang sangat akurat. Kerajinan kayu, logam, dan
bahan-bahan lainnya harus bersaing dengan mesin-mesin yang dikendalikan oleh
komputer.sekarang ada Computer Aided Design, ada Computer Aided
Manufacturing
Di sektor
perbaankan, magnetic card juga merubah cara-cara transaksi valita dan
pencatatannya. Di sektor pemasaran, dari toko statik yang menunggu pembeli,
berubah ke pemasaran door-to-door, dan sekarang mulai bergeser ke e-commerence.
Di sektor komunikasi kita saksikan pergeseran dari telpon statik ke telpon
genggam yang tak terkait deng lokasi lagi. Di sektor grapbics film-film kartun
bergeser ke tayangan yang dilukis dan dikendalikan komputer.
Kemajuan
teknologi yang mungkin sangat menyakitkan bagi banyak orang. Yaitu bahwa yang
disebut sebagai “kepintaran” yang dahulu menjadi monopoli otak manusia, kini
dapat digantikan oleh mesin komputer yang murah hargannya. Bahkan untuk bebrapa
aspek seperti kapasitas memoi, atau kecepatan memprosesnya ternyata otak
manusia kalah unggul dibanding dengan mesin yang murah itu.
Para pengelola
program-program penelitian, jika ingin mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi
persyaratan dan sanggup bersaing akan disibukkan untuk selalu meremajakan
cara-cara yang digunakannya.*
3.
Sikap dan
perilaku
Perubahan-perubahan
akibat teknologi tadi tidak hanya merubah pilihan informasi yang ingin di
bekalkan, serta jenis-jenis pelatihan ketrampilan yang perlu di sajikan dalam
proses pendidikan tetapi juga dalam menanamkan sikap dan perilaku peserta didik
yang digarapnya
a.
Setiap orang
dapat berperan sebagai “penyair” informasi, dan informasi tersebut dapat tiba
kepada siapa saja di seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat. Ia memberi
kebebasan untuk memberi informasi yang disebarkanya, entah itu infomasi yang
“benar” atau “salah” informasi yang “bermanfaat” atau yang “tidak bermanfaat”
informasi yang “mendidik” atau “yang tidak mendidik”.
b.
Setiap orang
memiliki akses pada informasi yang jumlahnya banyak yang sekali lagi isinya ada
yang “benar” atau “tidak benar”“mendidik” atau” tidak mendidik” yang isinya
“bermanfaat” atau “tidak bermanfaat”.
Jadi, setiap
orang dipaksa untuk menjadi dewasa untuk berperan sebagai penerima
informasi dan sebagai pemberi informasi.
Lalu lalang informasi yang jumlahnya sangat banyak itu berjalan setiap saat
dalam kadar yang tak terbayangkan.
Selaku penerima
informasi sikap orang dari yang tadinya “haus” informasi, menjadi sikap orang
yang kebanjiran informasi ia perlu kesangguapan untuk menyaring sendiri yang “baik”
informasi yang “bermanfaat” informasiyang “mendidik” bagi dirinya sendiri.
Kebebasan memilih diantara segudang informasi yang ada terlatak pada pundaknya
sendiri. Pada zaman teknologi radio, dan kemudian teknologo televisi, proses
melatih diri seperti itu sebenarnya sudah berlangsung.
Era berikutnya
yang kita hadapikini adalah era di mana setiap orang juga punya potensi
berperan sebagai penyaji dan penyebar informasi yang di buatnya sendiri. Disini
nuraninya di gugah kesadaran akan dambpak dari informasi yang disajikan dan
disebarkanya masih harus dilatihkan. Dampak sajianya tersebut kadang-kadang
tidak segera tampak karena ia tidak sanggup menyaksikan siapa saja yang
penerima sajian itu, kecuali ia dengan sengaja memilih kelompok sasaran
tertentu.
Peta situasi
semcam itu tentu saja ada sisi positif dan sisi negatifnya. Jika bertaburan
lebih banyak informasi yang “baik”, “benar”, “mendidik”, dan “bermanfaat” maka
lalulalangnya jutaan informasi itu menyajikan sebuah kesempatan bagi warga
dunia dimanapun ia berada untuk mengambil manfaat guna meningkatkan
kemampuannya dengan cara yang relatif “murah”. Efesiansi dalam sekala dunia
untuk mencerdaskan warga-warganya akan naik secara tajam. Tetapi jika terjadi
sebaliknya maka sebuah mala petaka akan melanda umat manusia itu.
Tampaknya ada
suatu modal yang sangat diperlukan bagikita semua warga dunia ini yaitu
kesadaran sosial akan ketergantungan kita satu samalain. Kalau kesadaran
ekologi yang beberapa tahun sialam ini mulai dicanangkan dan ditumbuhkan untuk
menjaga kelangsungan lingkungan alam tempat hidup ini, maka sekarang saatnya
ntuk dicanangkan keadaran ekologo sosial. Kita dituntut untuk saling mendidik
dan menyadarkan dalam semangat kebersamaan.*
DAFTAR
PUSTAKA
Suyanto dan Jihad Hisyam.2000. Refleksi
dan Reformasi: Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Teguh Wangsa Gandhi HW. 2011. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Shindunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:
Demokratis, Otonomi, Civilsociety, Globlisasi. Yogyakarta:Kanisius.
0 Response to "Integrasi Perspektif Global Dalam Pendidikan"
Post a Comment