Landasan Pendidikan Islam
Siluetsenja.com, 26/01/2022 10:32 am
Pict By. Muslim Mirror |
Setiap kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan sebagai pangkal titik tolak tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan hidupnya.
Dasar suatu
bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan
itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian juga dasar pendidikan islam yaitu
fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak
berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang
muncul baik sekarang maupun yang akan datang.*
Dalam postingan kali ini, Siluetsenja akan
menjelaskan tentang Dasar-Dasar Pendidikan Islam yang spesifiknya penjelasan ini
akan mengarah pada Landasan Pendidikan Islam atau bisa disebut Dasar Pokok
Pendidikan Islam. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua aamiin.
A. Pengertian
Landasan Pendidikan Islam
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
Jadi pada intinya pengertian dari Agama Islam sebagai
Landasan Pendidikan Islam adalah praktek asumsi-asumsi yang bersumber dari
syari’at Islam yang menjadi titik tolak dalam rangka pendidikan Islam dan atau study
pendidikan Islam.
B. Macam-macam Landasan
Pendidikan Islam
Hasan Langgulung memberikan
pemikiran dengan mengajukan enam macam landasan, yang kemudian ada beberapa
ahli pendidikan yang menambahkan satu landaasan lagi sebagai sebuah
penyempurnaan. Satu landasan ini ditambahkan dengan tujuan agar segala proses
pendidikan yang dilakukan dapat
bernafaskan dan bernuansa Islami, sehingga dapat bernilai Ubudiyah.*
1.
Landasan Historis
Adalah
dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk
undang-undang, maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa
sekarang akan lebih bermakna dan mencerahkan*
2.
Landasan Sosiologis
Adalah
dasar yang memberikan kerangka sosial budaya yang dengannya itu pendidikan
dilaksanakan*
3.
Landasan Ekonomi
Adalah
dasar yang memberi Perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan,
materi, persiapan yang mengatur sunmber keuangan dan bertanggung jawab terhadap
anggaran pembelanjaan.*
4.
Landasan Politik dan Administratif
Landasan
yang memberi bngkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk
mencapai tujuan yang di cita-citaan dan di rencanakan bersama.*
Sementara dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan
pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan
teknis dalam pelaksanaanya.*
5.
Landasan Psikologi
Dasar
yang memberi Informasi tentang watak peserta didik, pendidik, motivasi dan
inovasi peserta didik, karakter, metode terbaik dalam praktek aggar mereka mampu meningkatkan prestasi
dan kompetensi dengan cara yang baik.
6.
Landasan Filosofis
Dasar
yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sisitem yang
mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainya.
7.
Landasan Normatif
Dasar
yang diturunkan dari ajaran agama dengan tujuan adanya tidakan kependidikan
dapat dinilai ibadah, sebab ibadah merupakan aktualisasi diri yang paling ideal
dalam pendidikan Islam.
C. Landasan
Normatif Pendidikan Islam
Normatif berarti berpegang teguh pd norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku. Dengan
demikian, landasan normatif Pendidikan Islam bisa diartikan sebagai pijakan
dari Pendidikan Islam menurut norma atau kaidah yang berlaku. Adapun macamnya
terbagi tiga, yaitu:
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril secara
bertahap dari surat al-Fatihah diakhiri surat al-Nas*sebagai
rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya, yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan dengan melalui ijtihad.
Dalam al-Qur’an terkandung dua ajaran yaitu “aqidah” yang berkaitan dengan
keimanan,dan “syariah” yang berkaitan dengan amal.
2) As-sunnah
Adalah
perkataan, perbuatan, serta pengakuan Rasulallah Saw,yang merupakan sember
hukum Islam kedua setelah al- Qur’an. Dalam as-Sunnah juga berisi aqidah dan
syariah, disamping sebagi petunjuk untuk kemaslahatan umat manusia dalam segala
aspek untuk membina umat manusia menjadi insan yang bertaqwa, dari itulah
rasulallah Saw menjadi guru dan pendidik yang utama.
Dalam dunia
pendidikan, as-Sunnah merupakan cerminan segala tingkah laku, perbuatan
Rasulallah Saw yang patut diikuti oleh setiap muslim. Oleh karena itu pendidik
muslim menganggap sejarah Rasulallah sangat penting untuk membentuk generasi
muslim sesudahnya. Dalam as-Sunnah juga selalu membuka kemungkinan menafsiran
berkembang. Untuk itu ijtihad masih terbuka dan perlu ditingkatkan dalam
memahaminya, termasuk juga as-Sunnah yang berkaitan dalam pendidikan.
3) Ijtihad
Ijtihad
adalah istilah para fuqawah, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah islam untuk menetapkan atau menentukan
sesuatu hukum atau syari’at islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oeh Al-qur’an dan As-sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.
Namun
demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid
tidak boleh bertentangan dengan isi Al-qur’an dan sunnah tersebut. Karena itu
ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum islam yang sangat dibutuhkan
sepanjang masa setelah Rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad adalah segala sesuatu
yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.
Ijtihad
dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-qu’an dan sunnah yang diolah
oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah
dalam hal-hal yang berhubungan lansung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat
pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad
harus dikaitkan denag ajaran islam dan kebutuhan hidup.
Sejak
diturunkan sampai Muhammad SAW wafat, ajaran islam telah tumbuh dan berkembang
melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang
tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran islam sendiri telah berperan
mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim.
D. Landasan
Filosofis Pendidikan Islam
Landasan filosofis
pendidikan Islam yaitu bertumpu pada Tauhid yang menjadi rumusan akidah yang
kooh bagi kaum muslimin, agar tidak goyah dari berbagai kritikan dari filsof
materialisme yaitu:
a.
Tauhid adalah
tunggalnya wajib al-wujud (Necessary Being). Artinya: Tidak ada satupun wujud
selain wujud suci Tuhan
b.
Tauhid bermakna
ketaktersusunan Tuhan dari bagian-bagian. Atau Tuhan tidak memiliki rangkapan.
Dalam makna ini tauhid memiliki tiga jenis cabang:
a. Tidak tersusun dari
bagian-bagian yang aktual
b. tidak tersusun dari
bagian-bagian yang potensial
c. tida tersusun dari
kuiditas dan eksistensial
c. Tauhid bermaknan kesatuan sifatdan Zat
dalam realitas hakiki (obyek luar). Artinya bahwa sifat yang dinisbahkan kepada
Tuhan tidak sebagaimana sifat wujud materi yang secara aksiden berada dalam zat
dan mempengaruhi serta menyempurnakan zat itu sendiri.
d. Tauhid dalam perbuatan
Tauhid adalah
mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan beribadah kepadaNya semata. Ibadah
merupakan tujuan penciptaan alam semesta ini.Tauhid berdasarkan Al-Qur'anul
Karim ada tiga macam:
a. Tauhid Rububiyah
Yaitu pengakuan bahwa
sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah Tuhan dan Maha Pencipta.
Orang-orang kafir pun mengakui macam tauhid ini. Tetapi pengakuan tersebut
tidak menjadikan mereka tergolong sebagai orang Islam. Allah Subhanahu W Ta’ala
berfirman “Dan sungguh, jika Kamu
bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka’ niscaya mereka
menjawab, ‘Allah’.” (Az-Zukruf:87) Berbeda dengan orang-orang
komunis, mereka mengingkari keberadaan Tuhan. Dengan demikian, mereka lebih kufur
daripada orang-orang kafir jahiliyah.
b. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala dengan melakukan berbagai macam ibadah yang disyari'atkan.
Seperti berdo'a, memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , thawaf,
menyembelih binatang kurban, bernadzar dan berbagai ibadah lainya. Macam tauhid
inilah yang diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia pula yang menjadi sebab
perseteruan dan pertentangan antara umat-umat terdahulu dengan para rasul
mereka, sejak Nabi Nuh 'Alaihissallam hingga diutusnya Nabi Muhammad.
Dalam banyak suratnya,
Al-Qur'anul Karim sering memberikan anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di
antaranya, agar setiap muslim berdo'a dan meminta hajat khusus kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala semata.Dalam surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman, “Hanya
Kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkau Kami memohon
pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
Maksudnya, khusus
kepadaMu (ya Allah) kami beribadah, hanya kepadaMu semata kami berdo'a dan kami
sama sekali tidak memohon pertolongan kepada selainMu. Tauhid uluhiyah ini
mencakup masalah berdo'a semata-mata hanya kepada Allah, mengambil hukum dari
Al-Qur'an, dan tunduk berhukum kepada syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku." (Thaha: 14)
c. Tauhid Asma' Wa Shifat
Yaitu beriman terhadap
segala apa yang terkandung dalam Al-Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang
sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berasal dari penyifatan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala atas DzatNya atau penyifatan Rasulullah .
Beriman kepada sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala tersebut harus secara
benar, tanpa ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif (visualisasi,
penggambaran), ta'thil (pembatalan, penafian), tamtsil (penyerupaan), tafwidh
(penyerahan, seperti yang.banyak dipahami oleh manusia)
Maksud beriman kepada
sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala secara benar adalah dengan tanpa hal-hal
berikut ini:
a) Tahrif (penyimpangan):
Memalingkan dan
menyimpangkan zhahir-nya (makna yang jelas tertangkap) ayat dan hadits-hadits
shahih pada makna lain yang batil dan salah. Seperti istawa (bersemayam di
tempat yang tinggi) diartikan istaula (menguasai).
b) Ta'thil (pembatalan, penafian):
Mengingkari sifat-sifat
Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan menafikannya. Seperti Allah berada di atas
langit, sebagian kelompok yang sesat mengatakan bahwa Allah berada di setiap
tempat.
c) Takyif (visualisasi, penggambaran):
Menvisualisasikan
sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Misalnya dengan menggambarkan bahwa
bersemayamnya Allah di atas 'Arsy itu begini dan begini. Bersemayamnya Allah di
atas 'Arsy tidak serupa dengan bersemayamnya para makhluk, dan tak seorang pun
yang mengetahui gambarannya kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.
d) Tamtsil (penyerupaan):
Menyerupakan
sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sifat-sifat makhlukNya. Karena itu
kita tidak boleh mengatakan, "Allah turun ke langit, sebagaimana turun
kami ini". Hadits tentang nuzul-nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala (turunnya
Allah) ada dalam riwayat Imam Muslim. Sebagian orang menisbatkan tasybih
(penyerupaan) nuzul ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah bohong
besar. Kami tidak menemukan keterangan tersebut dalam kitab-kitab beliau,
justru sebaliknya, yang kami temukan adalah pendapat beliau yang mena-fikan
tamtsil dan tasybih.
e) Tafwidh (penyerahan):
Menurut ulama salaf,
tafwidh hanya pada al-kaif (hal, keadaan) tidak pada maknanya. Al-Istiwa'
misalnya berarti al-'uluw (ketinggian), yang tak seorang pun mengetahui
bagaimana dan seberapa ketinggian tersebut kecuali hanya Allah Subhanahu Wa
Ta'ala .
A.
Kesimpulan
ü Landasan
Pendidikan Islam adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari syari’at Islam yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktek pendidikan Islam dan atau study pendidikan
Islam
ü Adapun macam
landasan pendidikan Islam yaitu:
a)
Landasan Historis
b)
Landasan Sosiologis
c)
Landasan Ekonomi
d)
Landasan Politik dan Administratif
e)
Landasan Psikologi
f)
Landasan Filosofis
g)
Landasan Religius
ü
Landasan Normatif berarti berpegang
teguh pd norma, menurut norma atau kaidah yang berlaku. Macamnya terbagi tiga,
yaitu: al-Qur’an, Sunnah, dan Ijtihad
ü
Landasan filosofis
pendidikan Islam yaitu bertumpu pada Tauhid yang menjadi rumusan akidah yang kokoh
bagi kaum muslimin, agar tidak goyah dari berbagai kritikan
ü
Tauhid berdasarkan
Al-Qur'anul Karim ada tiga macam:
ü Tauhid Rububiyah
ü Tauhid Uluhiyah
ü
Tauhid Asma' Wa Shifat
DAFTAR
PUSTAKA
Mujib
Abdul dan Muzakir Jusuf.2006.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Pernada
Media.
Nata
Abudin. 2001.Metodologi Studi Islam, jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Nafis
Muntahibun Muhammad. 2011.Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras,
Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Uhbiyati Nur. 2005. Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia.
0 Response to "Landasan Pendidikan Islam"
Post a Comment