Metode Ceramah, Tanya Jawab, Dan Diskusi
Siluetsenja.com, 22/01/2022 10:28 WIB
Pict By. UNRWA |
Sudah ketahui bahwa pendidikan adalah suatu kewajiban bagi warga suatu negara demi keberlangsungan dari negara tersebut. Kita lihat bangsa yang maju karena faktor pendidikannya juga menjadi tombak utama dan kewajiban bagi warga negara tersebut. Pendidikan menjadi tolak ukur dari kemajuan suatu bangsa, baik itu pendidikan akhlak, moral, serta intelektualitas.
Pendidikan
yang baik karena ditopang pengelolaan yang baik, baik dari segi pengelolaan
pendanaan dalam sarana prasarana, pengelolaan sitem pembelajaran, pengelolaan
kurikulum yang akan disampaikan serta pengelolaan metode yang akan digunakan
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Selain dari
itu, pendidikan juga membutuhkan metode-metode yang cocok dengan materi apa
yang harus disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Karenanya kami akan
mengupas sedikit mengenai metode pembelajaran untuk diketahui pembaca selaku calon pendidik pada umumnya dan untuk
menambah pengetahuan bagi penyusun pada khususnya.
A.
Metode
Ceramah
Menurut Zuhairini dkk, metode ceramah adalah suatu
metode dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada
anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.* Sejak zaman
Rasulullah , metode ceramah merupakan cara yang pertama dilakukan dalam
penyampaian wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah
adalah peranan guru tampak lebih dominan. Sementara itu, siswa lebih banyak
pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru.* Sehubungan dengan metode ini, ditemukan hadits berikut:*
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ
تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ
النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ
مِنْكُنَّ )رواه البخارى(
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda,
“Wahai sekalian wanita, bersedekahlah dan perbanyak istighfar, karena
sesungguhnya aku melihat kalian banyak yang menjadi penghuni neraka.” Mereka
berkata, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian banyak
melaknat dan mengingkari (kebaikan) pasangan. Aku tidak pernah melihat orang
yang kurang akal dan agamanya menghilangkan akal seorang laki-laki yang teguh
daripada salah seorang diantara kalian.” (HR. Al-Bukhari)
Hadis ini menginformasikan bahwa Rasulullah saw
memberikan ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran bersedekah. Setelah
beliau menyampaikan materi ceramah, sahabat wanita bertanya, ia meminta
penjelasan lebih lanjut kepada beliau. Dengan demikian, beliau menggunakan metode
ceramah dan dialog dalam menyampaikan pesan-pesan mauizhah kepada para sahabat.
Menurut Armai Arief, sebagai salah satu metode
pembelajaran, metode ceramah memiliki sejumlah kelebihan, yaitu sebagai
berikut.
1. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid
melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid secara
komprehensif
2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang
lama. Dengaan waktu yang singkat, murid dapat menerima pelajaran secara
bersamaan
3. Pelajaran dapat dilaksanakan dengan cepat, karena
dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak
4. Melatih para pelajar untuk menggunakan
pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi
ceramah dengan cepat dan tepat.*
Untuk mengantisipasi kepasifan dan kejenuhan peserta
didik karena metode ceramah, pendidik perlu mengombinasikan metode ini dengan
metode-metode lain yang relevan. Apanila kita mengambil pelajaran dari hadis di
atas, maka terlihat bahwa Rasulullah saw melengkapi ceramahnya dengan metode
dialog atau tanya jawab.*
B.
Metode Tanya Jawab
a.
Hadits Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab.
عَن أَبِي هُرَيرَةَ قَالَ
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ الله مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ
أُمُّكَ ثُمُّ أُمُّكَ ثُمُّ أُمُّكَ ثُمُّ أَبُوكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
(أخرجه مسلم في كتاب البر والصلة والاداب)
“Dari Abu Harairah ra. Berkata: ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasul. Ya Rasulullah, Siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau
menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian
yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu.” (HR. Muslim Fi Kitab Al Birri wa As Sillah Wa Al Adab)*
Seorang ibu
di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa
dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya
selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih
berada dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan
tidak jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan
tidak mau makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam
An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk
berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak
mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat.
Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan,
beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui,
perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.*
b.
Hadist kedua dari annas ra
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا
أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ
مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ (رواه
البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW
telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka
bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab
: “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya
itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
Dalam hadist
diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong
saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi). Ibnu Bathal
mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)
pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang
dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak
mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas.
Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan
menolong orang yang beruat dzalim.*
c.
Hadist lain tentang hadist
tanya jawab, riwayat dari imam Bukhari
حَدَثَنَا إِسْمَا عِيْل بْن إِبْرَاهِيْمِ أَخْبَرَنَا
أَبُوا خَيَان التَّمِمِيْ عَنْ أَبِى زَرْعَةْ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
قَالَ،"كَانَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَوْمًا بَارِزًا
لِلنَّاسِ فَاَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ، مَااْلإِيْمَانُ؟ قَالَ، اْلإِيْمَانُ
أَنْ تُؤْمِنُ بِااللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرَسُولِهِ وَتُؤْمِنُ
بِاْلبَعْثِ." قَالَ،"مَاْلإِسْلَامُ؟" قَالَ،"اْلإِسْلَامُ
أَنْ تَعْبُدُ اللهِ وَلَا تَشْرِكُ بِهِ، وَتُقِيْمُ الصَّلَاةَ،وَتُؤْدِيَ
الزَّكَاةَ اْلمَفْرُوْضَةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ.
قَالَ،"مَااْلإِحْسَانِ؟" قَالَ، أَنْ تَعْبُدُ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
فَإِلَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهَ يَرَاكز قَالَ: مُنَى السَّاعَةِ؟ قَالَ:
"مَالْمَسْئُوْلُ عَنْهَا أَعْلَمُ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأَخْبَرَكَ عَنْ
أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ اْلآمَتُ رِهًا، وَإِذَا تَطَاوَّلَ رَعَاةُ
اْلإِبْلِ اْلبِهَمِ فِى البُنْيَانِ، فِى خَمْسَ لَا يَعْلَمْهُنَّ إِلَّا الله،
ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ:"إِنَّ اللهُ عِنْدَهُ
عِلْمَ السَاعَة...:لقمان:34) الأَيَة، ثُمَّ اَدْبَرَ، فَقَالَ رَدُوْهُ، فَلَمْ
يَرَوْ شَيْئًا فَقَالَ، "هَذَا جِبْرِيْل جَاءَ يَعْلَمُ النَّاسَ
دِيْنَهُمْ."
)رواه البخاري(
Menceritakan kepada kami Ismail ibn Ibrahim,
memberitakan kepada kami Abu Hayyan al-Tamimi dari Abi Zar’at dari Abu
Hurairah, ia berkata, “pada suatu hari ketika Nabi SAW sedang dudk
bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya, “Apakah iman
itu?” Jawab Nabi, “Iman adalah percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, dan
pertemuan denganNya,para rasulNya, dan percaya pada hari berbangkit dari kubur.
Lalu laki-laki itu bertanya kembali. Apakah islam itu?
Jawab Nabi SAW, “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, mendirikan salat, menunaikan zakat yang di fardhukan, dan
berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah Ihsan
itu? Jawab Nabi SAW, Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.”
Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “Apakah hari kiamat
itu?” Nabi SAW menjawab, “Orang yanh ditanya tidak lebih mengetahui daripada
orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa syarat
(tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah malahirkan
majikannya, dan jika penggembala unta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba
membangun gedung.
Dan termasuk dalam lima macam yang tidak dapat
mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam ayat: “sesungguhnya Allah
hanya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari kiamat, dan Dia pula yang
menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu, dan tidak seorang
pun yang mengetahui di manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
yang sedalam-dalamnya.” Kemudian pergilah orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh
sahabat, “Antarkanlah orang itu. Akan tetapi, sahabat tidak melihat bekas orang
itu. Maka Nabi SAW bersabda, Itu adalah Malaikat Jibril AS yang datang
mengajarkan agama bagimu.”(H.R Bukhari)
Hadits
diatas diriwayatkan oleh delapan orang perawi, adapun urutan perawi tersebut
adalah sebagai berikut: periwayat ke-1 (sanad 4) adalah Abu Hurairah, periwayat
ke-2 (sanad 3) adalah Abu Zar`at, periwayat ke-3 (sanad 2) adalah Abu Hayyan
at-Tamimi, periwayat ke-4 (sanad 1) adalah Ismail ibn Ibrahim, serta periwayat
ke-5 adalah Bukhari yang juga berkedudukan sebagai Mukharij. Hadits tersebut menjelaskan tentang
tanya jawab Malaikat Jibril dengan Rasulullah SAW. Dimana Malaikat Jibril yang
datang sebagai orang lain untuk mengajarkan agama kepada Rasulullah, seperti
“Rukun Iman dan Rukun Islam”
Dari
penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai
starategi pembelajarannya. Metode tanya
jawab merupakan metode yang memungkinkan adanya komunikasi langsung
antara pendidik dan peserta didik, sehingga komunikasi ini terlihat adanya
hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Adapun metode ini bertujuan untuk
mengetahui sampai sejauh mana materipelajaran yang telah dikuasai oleh siswa,
untuk merangsang siswa berfikir dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum paham.*
Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul SAW dalam mendidik akhlak
para sahabat. Terbukti dengan banyaknya hadist hadist dalam bentuk tanya jawab.
Dengan dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab
adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam
hal penggunaan metode ini, Rasulullah SAW menanyakan kepada para sahabat
tentang penguasaan terhadap suatu masalah.
C.
Metode Diskusi
a.
Hadist Anas bin
Malik tentang Diskusi
عَنْ أَنَسِ بْنِ ماَ لِكِ رَ ضِى الله
عَنْه قا ل قا ل رسولله صلى الله علىه و سلم اَنْصُرْاَخَاكَ ظَا لِمًا اَوْ
مَظْلُوْمًا قَا لُوا يَارُسُوْلَ الله هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُو مَا فَكَيْفَ
نَنْصُرُهُ ظَا لِمًا قَا ل تَاخُذُ فَوْقَ يَدَ يْهِ (اخرخه البخا ري في كتا ب
الظا لم والغصب)
“ Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata, Rasulullah telah bersabda: “
tolonglah saudaramu yang dzalim maupun mereka yang didzalimi. Mereka bertanya:
“Wahai Rasulullah bagaimana menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab: “
tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu
merupakan pertolongan kepadanya.” (HR. Al Bukhari Fi kitab dzalim wal ghasab).*
Dari hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada
umatnya agar menolong saudaranya baik dalam dzalim maupun didzalimi. Rasulullah
telah menjelaskan bahwa mneolong oarang yang dzalim itu caranya dengan mencegah
dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan
melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga
bisa dikatakan menolong orang yang berbuat dzalim.*
Jika ditelaah dari beberapa hadist Rasullah adalah orang yang
sering melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasullah
bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering
melakukan dan membolehkan mendidik menggunakan metode diskusi akan tetapi dalam
pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala
pemasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa permusuhan, karena metode
diskusi merbeda dengan metode debat. Maka dalam diskusi semuanya diharapakan
sumbangsih sehingga semua paham dan mengerti.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru
memberikan suatu persoalan atau masalah kepada murid dan murid diberi
kesempatan secara bersana-sama untuk memecahkan masalah itu. Dalam diskusi
murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat, mengajukan ususlan,
saran-saran dalam pemecahan masalah.
Menurut Suryosubroto metode diskusi adalah suatu cara penyajian
bahan pengajaran guru memberikan kesempatan kelompok atau kepada siswa untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif untuk pemecahan suatu masalah. Dalam penggunaan
metode diskusi ini hasrus dengan hikmah dan bijak. Agar masalah dapat diselesaikan
denagn baik tanpa adanya pertentangan yang menyebabkan pertengkaran ataupun
permusuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Bukhariy. Juz 1
Arief,Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Islam.
Jumariyah. 2010. Hadist Tarbawi. (Yogyakarta: Teras)
Shabir,Muslich. 1989. Terjemah
Riyadlus Shalihin. (Semarang: CV Toha Putra)
Sudjana, Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo)
Toha,Ahmad. Terjemah Shahih Bukhari 1.1999(Jakarta: Pustaka
Amani) .
Umar,Buhari.2012.Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis.(Jakarta:Amzah).
Zuhairini, dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.
0 Response to "Metode Ceramah, Tanya Jawab, Dan Diskusi"
Post a Comment