Orientasi Dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan Konseling
Siluetsenja.com, 23/01/2022 10:34 WIB
Pict By.Online Sbu |
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Bimbingan dan konseling juga
haruslah dikenalkan kepada setiap peserta didik sejak dini dan karena layanan
bimbingan dan konseling ini haruslah diperkenalkan kepada saat yang tepat dan
jangan sampai menjadi salah sasaran.
Dalam hal ini pula cakupan bimbingan
dan konseling haruslah sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan bimbingan
dan konseling ini. Karena dalam kehidupan di sekolah sering terjadi pemahaman
yang salah tentang bimbingan dan konseling dimata para pendidik maupun peserta
didik itu sendiri yang notabennya menjadi objek kajian bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang orientasi dan ruang lingkup yang harus di capai
bimbingan dan konseling, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang orientasi
atau pengenalan dan ruang lingkup bimbingan dan konseling.
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Secara
etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu
"bimbingan" (terjemahan dari kata "guidance") dan
"konseling" (diadopsi dari kata "counseling").
Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang
integral.* Bimbingan
konseling bertujuan memberikan hasil-hasil nyata untuk pemenuhan kebutuhan
pribadi di sekolah.*
Bimbingan dan Konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli
agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya*
Untuk dapat
mencapai tujuan ini, maka setiap sekolah haruslah menyelenggarakan berbagai
kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dengan
kata lain, untuk mengembangkan aspek akademis dan keterampilannya.*
B.
Orientasi
Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang
dimaksudkan disini ialah "pusat
perhatian" atau "titik berat pandangan". Misalnya orang yang
berorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan tempat
dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Sedangkan orientasi
bimbingan dan konseling merupakan
hal apa saja yang menjadi pusat perhatian atau titik berat pandangan konselor
terhadap klien.
Orientasi tersebut
adalah:
a.
Orientasi Perseorangan
Bimbingan dan
konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada
klien/individu secara intensif. Berkenaan
dengan isu "kelompok" atau
"individu", konselor memilih individu sebagai titik berat pandangannya.
Dalam hal
ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai
lapangan yang dapat memberikan
pengaruh tertentu terhadap
individu. Dengan kata lain,
kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan
kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya.
Pemusatan
perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan
kepentingan kelompok. Dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam
kaitannya dengan hubungan
timbal balik yang wajar antar individu
dan kelompoknya.
Kepentingan
kelompok tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan
kebahagiaan individu yang
menjadi anggota kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui
terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu.
Apabila secara
individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa
bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula.
Sejumlah kaidah
yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
a.
Semua kegiatan
yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan
bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
b.
Pelayanan bimbingan
dan konseling meliputi kegiatan yang berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya,
motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik,
serta untuk membantu individu agar dapatmenghargai kebutuhan, motivasi, dan
potensinya kearah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatanyang
sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya
c.
Setiap klien
harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
d.
Adalah menjadi
tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta
untuk menyesuaikan program-program pelayanandengan kebutuhan klien setepat
mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari
individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program
bimbingan
b.
Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya dijadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Secara khusus,
Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut
perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami
hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk:
a)
Hambatan
egosentrisme, yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain di luar apa yang
dipahaminya
b)
Hambatan
konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari
satu aspek tentang sesuatu hal.
c)
Hambatan reversibilitas,
yaitu ketidak mampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d)
Hambatan
transformasi, ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang
ditetapkan.
Anak tidak
dapat disamakan dengan orang dewasa. Rousseau (dalam Baruth dan Robinson III,
1987) mengatakan bahwa orang dewasa harus dipandang orang dewasa, dan anak
sebagai anak, dan jalan menuju ke kesejahteraan jiwa adalah memberi mereka
tempatnya masing-masing.
Konselor untuk anak yang baik
haruslah memahami perkembangan anak yang normal sehingga dapat digunakan untuk
mengevaluasi anak-anak yang bermasalah.*
c.
Orientasi Permasalahan
Orientasi
masalah secara langsung berhubungan dengan fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan, fungsi pemahaman, dan pemeliharaan dalam bimbingan dan konseling.
Fungsi
pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang
mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar
individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya.
Fungsi
pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek
lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien,
dan dapat pula bermanfaat dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Demikian
pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahnya ataupun terentaskannya
masalah-masalah tertentu.
Masalah-masalah
yang diderita individu amat bervariasi, Roos L. Mooney mengidentifikasi 330
masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu masalah perkembangan
jasmani dan kesehatan; masalah keuangan; keadaan lingkungan dan pekerjaan;
masalah kegiatan sosial dan rekreasi; masalah hubungan muda-mudi, perkawinan,
pacaran; masalah hubungan sosial kejiwaan, masalah keadaan pribadi kejiwaan; masalah
moral dan agama; masalah keadaan rumah dan keluarga; masalah masa depan
pendidikan dan pekerjaan; masalah penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah; dan
masalah kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran.
Frekuensi
dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah
barangkali lebih banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih jarang
muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi
lingkungan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
1.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah biasanya masuk dalam bidang kesiswaan, yaitu
bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan
kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang
sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya serta tahap-tahap
perkembangannya.
Tenaga ahli
dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah konselor,
konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.
Tanggung jawab
konselor di sekolah di antaranya:
a)
Tanggung jawab
konselor kepada siswa atau klien.
b)
Tanggung jawab
kepada orang tua.
c)
Tanggung jawab
kepada sejawat.
d)
Tanggung jawab
kepada sekolah dan masyarakat.
e)
Tanggung jawab
kepada diri sendiri (konselor).
f)
Tanggung jawab
kepada profesi.
2.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
Pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya ditujukan kepada warga sekolah saja, tetapi
kepada semua warga masyarakat yang di luar sekolah pun juga berhak mendapatkan
pelayanan. Banyak sekali permasalahan-permasalahan warga masyarakat di luar
sekolah yang perlu dientaskan, dan kalau mungkin timbulnya masalah-masalah itu
justru dapat dicegah.
Pelayanan
bimbingan dan konseling di luar sekolah tersebut meliputi:
a)
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Keluarga
Keluarga
merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan
bermasyarakat. Di dalam keluargalah setiap individu memulai kehidupannya, dan
di dalam keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga
masyarakat.
Mutu kehidupan
di dalam masyarakat dan mutu suatu masyarakat itu sendiri sebagian besar ditentukan
oleh mutu keluarga-keluarga yang mendukung kehidupan masyarakat itu. Oleh
karena itu, kebutuhan dan kebahagiaan keluarga mutlak memerlukan perhatian bagi
segenap pihak yang berkepentingan dalam pengembangan kesejahteraan.
Kehidupan dan
perkembangan keluarga mengandung
risiko, maka risiko itupun dapat menimpa anggota keluarga. Menurut Palmo
dkk (dalam Prayitno, 1999: 246) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi yang secara signifikan mempengaruhi
struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian, kedua orang tua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria wanita, dan
kebebasan hubungan seksual.
Selain itu
meningkatnya kesadaran tentang anak-anak cacat,
keadaan depresi dan bunuh diri,
kesulitan mencari pekerjaan
dan ketidak mampuan ekonomi pada
umumnya menambah unsur-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga.
Unsur-unsur
yang tidak menguntungkan itu secara langsung ataupun tidak langsung membawa
pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang
masih muda, Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak
menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam
keluarga.
b)
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Permasalahan
yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di sekolah dan keluarga
saja, melainkan juga di luar keduanya.
Di lingkungan perusahaan, industri, kantor, dan lembaga kerja
lainnya, organisasi yang ada di masyarakat, dan lain sebagainya, seluruhnya
tidak terhindar dari kemungkinan menghadapi masalah. Oleh karena itu, di sana
diperlukan jasa bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah kerja yang
sangat luas, diperlukan konselor yang bersifat multidimensional. Yaitu konselor
yang mampu bekerja sama dengan berbagai komponen dan lembaga di masyarakat
(Chiles & Eiken, dalam Prayitno, 1999:247).
Konselor yang multidimensional bekerja dengan masalah-masalah
personal, emosional, pendidikan, dan pekerjaan, yang kesemuanya itu untuk
mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan menunjang perkembangan
individu anggota masyarakat.
Konselor dapat bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan
peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya
manusia, membantu individu warga masyarakat dari berbagai umur, mencegah
timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga
masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi lebih
optimal.*
Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mempunyai ruang lingkup yang
luas dan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu segi fungsi, sasaran, layanan,
dan masalah.
a.
Segi fungsi
Ruang lingkup
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mencakup
fungsi-fungsi: (1) pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4)
pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, dan (8)
perbaikan.
b.
Segi sasaran
Ruang lingkup
pelayanan bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua siswa dengan tujuan agar
siswa secara perseorangan mencapai perkembangan yang optimal melalui kemampuan:
pengungkapan, pengenalan, penerimaan diri, pengenalan lingkungan, pengambilan
keputusan, pengarahan diri dan perwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi siswa, akan terdapat prioritas dalam sasaran
bimbingan dan konseling tersebut.
c.
Segi layanan
Ruang lingkup
pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah meliputi
layanan-layanan: (1) pengumpulan data, (2) pemberian informasi, (3) penempatan,
(4) konseling, (5) alih tangan kasus (referal), dan (6) penilaian dan tindak
lanjut.
d.
Segi masalah
Ruang lingkup
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi: (1)
bimbingan pendidikan, (2) bimbingan karier, (3) bimbingan pribadi-sosial.
Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah juga bisa menerapkan pola 17
plus, meskipun pola ini kecenderungannya diterapkan untuk pelayanan bimbingan
konseling setting masyarakat.
Pola tersebut adalah:
a.
Keterpaduan
yang mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, dan asas serta
landasan bimbingan dan konseling.
b.
Bidang
pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi:
(1) bidang
pengembangan pribadi, (2) pengembangan sosial, (3) pengembangan kegiatan
belajar, (4) pengembangan karier, (5) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan
(6) pengembangan kehidupan beragama.
Jenis-jenis
pelayanan bimbingan dan konseling, meliputi:
(1)
layanan orientasi, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran,
(4) layanan penguasaan konten, (5) layanan konseling perorangan, (6) layanan bimbingan
kelompok, (7) layanan konseling kelompok, (8) layanan konsultasi, dan (9) layanan
mediasi.
Kegiatan-kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling, meliputi: (1) aplikasi instrumentasi, (2)
himpunan data, (3) konferensi kasus, (4) kunjungan rumah, dan (5) alih tangan
kasus.
Format layanan, meliputi: (1) format
individual, (2) format kelompok, (3) format klasikal, (4) format lapangan, dan
(5) format politik.*
D.
Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli
agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Orientasi bimbingan
dan konseling merupakan hal apa saja yang menjadi pusat perhatian atau
titik berat pandangan konselor terhadap klien. Orientasi ini mencakup:
a.
Orientasi
Perseoranga
b.
Orientasi
Perkembangan
c.
Orientasi
Permasalahan
Ruang Lingkup
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
a.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
b.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
c.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Keluarga
d.
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Zaenal. Alief Budiyono. 2010.
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:
Grafindo Litera Media.
Halen.
2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching
http://cybermovix.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Maret 2015,
pukul. 10.21.
http://tholearies.blogspot.com/2014/02/bimbingan-konseling-pengertian-tujuan.html.
Diaskes pada 09 Maret 2015, pukul 10;13).
http://yogiagustina.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Maret 2015,
pukul. 10.32.
Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-dasar
Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mu’awanah, Elfi Rifa Hidayah.
2009. Bimbingan Konseling Islami di
Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ridwan. 1998. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi,
Dewa Ketut. 2002. Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta : Rineka Cipta.
Tohirin, 2007. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
0 Response to "Orientasi Dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan Konseling"
Post a Comment