Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam (Prof.Dr. Harun Nasution)
Siluetsenja.com, 22/01/2022 11:39 WIB
Pict By.Cintabuku |
Judul Buku : Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan
Nama Pengarang : Prof.Dr.
harun Nasution
Penerbit : Bulan Bintang
Cetakan Ke : 14
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2011
Ukuran :
ISBN : 979-418-053-X
Jumlah Halaman : 224
halaman
Harga :
Rp.29.750,-
TENTANG PENULIS
Prof.Dr. Harun Nasution
Prof.
Dr. Harun Nasution lahir di pematang
Siantar, Sumatera Utara, 23 September 1919. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar hollandsch-Inlandsche School (HIS), ia melanjutkan studi islam
ke tingkat menengah yang bersemangat mdernis, Moderne islamiestische
kweekschool (MIK). Karena desakan orangtua, ia meninggalkan MIK dan pergi
belajar ke Saudi Arabia.
Di
negeri gurun pasir ini ia tidak bisa tahan lama dan menuntut orangtuanya agar
bisa pindah studi ke Mesir. Di negeri sungai Nil ini harun mula-mula mendalami
islam di fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, namun merasa tida puas dan
kemudian pindah ke Universitas Amerika di Cairo. Di Universitas ini, harun
tidak mendalami Islam, tetapi ilmu pendidikan dan sosial.
Selama
beberapa tahun sempat bekerja di perusahaan swasta dan kemudian di Konsultant
Indonesia di Kairo setamat dari Universitas tersebut dengan ijasah B.A. di kantonginya.
Dari konsulat iniah, putra bapak yang mempersunting seorang putri dari negeri
Mesir ini mulai berkarir diplomatinya. Dari Mesir ia ditari ke jakarta dan
kemudian diberi pos sebagai sekretaris pada kedutaan besar Indonesia di Brussel
Situasi
politik dalam negeri Indonesia pada tahun 1960-an membuatnya mengundurkan diri
dari karir diplomatic dan pulang ke Mesir. Di Mesir ia kembali menggeluti dunia
imu di sebuah sekolah tinggi studi Islam, di bawah bimbingan salah seorang
ulama Fiqh mesir terkemuka, Abu Zahrah. Ketika belajar disinilah Harun mendapat
tawaran untuk mengambl studi Islam di Mc.Gill, Kanada. Untuk tingkat magister
di universitas ini ia menulis tentang “Pemikiran Negara Islam di Indonesia” dan
untu disertasi Ph. D. Ia menulis tentang posisi akal dalam pemikiran Teolog
Muhammad Abduh.”
Setelah
meraih doctor, harun kembali ke tanah air dan mencurahkan perhatiannya pada
pengembangan pemikiran islam lewat IAIN. Harun telah menulis sejumlah buku dan
semua bukunya menjadi buku teks terutama di lingungan IAIN; islam ditinjau dari
berbagaii aspeknya (1974) 2 jilid, teologi Islam (1977), Filsafat Agama (1987),
Filsafat dan Mistik dalam Islam (1978), Aliran Modern dalam Islam (1980),
Muhammad Abduh dan teologi Mu’tazilah (1987)
ISI BUKU
BAB I
MESIR
A. Pendudukan
Napoleon dan pembaharuan di mesir
Setelah selesainya rovolusi 1789 di Prancis mulai menjadi negara
besar yang mendapat saingan dan tantangan dari Inggris. Napoleon melihat bahwa
Mesir perlu diletakan dibawah kekuasaan
Prancis. Napoleon ingin memngikuti jejak Alexander Macedonia yang pernah
menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat strategis untuk emnguasai
kerajaan besar seperti yang dicita-citakannya itu adalah Kairo dan bukan Roma
atau Prancis. Inilah beberapa hal yan mendorong Prancis dan Napoleon untuk
menduduki Mesir.
Mesir pada waktu itu berada dibawah kekuasaan kaum Mamluk,
sungguhpun sejak ditaklukan oleh Sultan Salim di tahun 1517., daerah ini pada
hakikatnya merupakan bagian dari kerajaan Usmani. Tetapi setelah bertambah
lemahnya kekuasaan sultan-sultan di abad ke-17, Mesir mulai melepaskan diridari
kekuasaan Istambul dan akhirnya menjadi daerah otonom.
Napoleon mendarat di Alexandria pada 2 Juni 1978 dan keesokan
harinya kota pelabuhan ini jatuh. Sembilan hari kemudaian, Rasyid, suatu kota
yang terletak di timur Alexandria, jatuh pula. Tanggal 21 Juli, tentara
Napoleon sampai di daerah Piramid di dekat Kairo.
Pertempuran terjadi di tempat itu, dan kaum Mamluk karena tak
sanggup melawan senjata meriam Napoleon , lari ke Kairo. Tetapi disini mereka
tidak mendapat simpati dan sokongan dari rakyat Mesir. Akhirnya mereka terpaksa
lari lagi ke daerah Mesir sebelah selatan. Tanggal 22 Juli tidak sampai tiga
minggu setelah mendarat di Alexandria, Napoleon telah dapat menguasai Mesir.
Beberapa ide yang di bawa Napoleon dari hasil Revolusi Prancis:
1.
Sistem pemerintahan republik yang di dalamnya kepala negar di pilih
untuk waktu tertentu , tidak tunduk pada UUD dan bisa dijatuhkan oleh parlemen.
Sistem ini berlainan dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam.
2.
Ide Persamaan (egalite) dalam arti samanya kedudukan dan
turut sertanya rakyatdalam soal pemerintahan. Sebelum ini, rakyat Mesir tidak
turut serta dalam Pemerintahan negara mereka.
3.
Ide kebangsaan yang terandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang
Prancis merupakan suat bangsa (nation) dan bahwa kaum Mamluk adalah
orang asing dan datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi sungguhpun orang Islam tapi
berlainan bangsa dengan orang Mesir.
B. Muhammad
Ali Pasya
Muhammad Ali adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla,
Yunani, tahun 1765, dan meninggal di
Mesir tahun 1849. Orangtuanya bekerja sebagai tukan penjual rokok, dari kecil
Muhammad Ali telah harus bekerja. Ia tak memperoleh kesempatan untuk masuk
sekolah sehingga ia tidak pandai menulis maupun membaca.
Karena kecakapannya, beliau dipercaya oleh Gubernur Usmani dan kemudian
masuk Dinas Militer dan berhasil menjadi perwira. Setelah ekspedisi Napoleon
Bonaparte, muncul dua kekuatan besar di Mesir yakni kubu Khursyid Pasya dan
kubu Mamluk. Muhammad Ali mengadu domba kedua kubu tersebut, dan akhirnya
berhasil menguasai Mesir. Rakyat semakin simpati dan mengangkatnya sebagai wali
di Mesir. Posisi inilah kemudian memungkinkan beliau melakukan perobahan yang
berguna bagi masyarakat Mesir.
Sungguhpun ia seorang buta huruf, ia mengerti tentang arti pentingnya
pendidikan dan ilmu pengetahuan untu kemajuan suatu negara. Untuk membantunya
dalam bidang ini, ia mendirikan kementrian Pendidikan. Pertama kalinya di Mesir
ia buka Sekolah Militer (1815), Seolah Tenik (1816), dan Sekolah Kedokteran
(1827)
Guru-gurunya di datangkan dari Barat, dan karena tida pandai berbahasa Arab,
maka ceramah-ceramah mereka diterjemahkan oleh penerjemah Arab dan Turki.
Selain mendatangkan ahli dari Eropa, ia mengirim siswa-siswa untuk belajar
kesana. Menurut statistik diantara 1813dan 1849, ia mengirim 311 pelajar Mesir
ke Itali, Prancis, Inggris dan Austria.
Di paris didirikan satu rumah Mesir untu menampung pelajar-pelajar itu.
Yang dipentingkan ialah ilmu kemiliteran darat dab laut, arsite, kedikteran,
dan obat-obatan. Semuaa ilmu yang tersebut belakangan ini dekat hubungannya
denga kemiliteran.
Selain dari kemiliteran, ia mementingkan pengetahuan tentang administrasi
negara. Tetapi sistem politik di Eropa tak menarik perhatiannya. Ia terus
memerintah sebagai diktator.
Mahasiswa-mahasiswa yang dikirimnya ke Eropa tidak dianjurkan, malahan
dilarangnya untuk mempelajari ilmu politik. Hal ini memberi gambaran tentang
apa yang dikehendaki Muhammad Ali sebenarnya, pengetahuan so’al pemerintahan,
militer dan perekonomian yaitu halha yang akan memperkuat kedudukannya.
Ia tak ingin orang yang di kirim ke Eropa menyelami lebih dari apa yang
perlu baginya, oleh karenanya Mahasiswa berada di bawah pengawasan yang ketat.
C. Al-tahtawi
Ia lahir tahun 1801 di Tahta, kota yang terletak di Mesir selatan,
dan meninggal di Kairo tahun 1873. Ketika berumur
16 tahun, ia pergi ke Kairo dan belajar di al-Azhar.
Karena kepintarannya, ia diutus oleh Muhammad Ali ke Paris guna mendalami
bahasa asing dan mempertajam wawasan keagamaan dengan mengkaji teks-teks modern. Beliau sangat berjasa dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan di Mesir karena menguasai berbagai bahasa asing dan berhasil
mendirikan “Sekolah Penerjemahan” tahun 1836 yang kemudian diubah namanya
menjadi “Sekolah Bahasa-Bahasa Asing”.
Tahun 1863 Khedewi Ismail mengadakan “Badan Penerjemah Undang-Undang
Prancis” dan pimpinanya diserahkan pada al-Thatawi. Ia juga mengarang buku-buku
seperti: Takhlisul-Ibriz Fi Talkhisi Bariz (“Intisari dari kesimpulan
tentang Paris”); Manahijul-albab al-Misriyyah, fi manahijil-adab al-‘Asriyyah
(“Jalan Bagi Orang-Orang Mesir Untuk Mengetahui Literatur Modern”)
Menurut pendapatnya masyarakat manusia mempunyai dua tujan: menjalankan
perintah Allah dan mencari kesejahteraaan di dunia ini. Kesejahteraan akan
tercapai dengan dua jalan: berpegang pada agama serta budi peketi baik dan kemajuan
ekonomi.
Pendidikan dasar mesti bersifat universal dan sama bentuknya untuk segala
golongan. Didikan menegah mesti mempunyai kualiitsa yang tinggi, anak-anak
perempuan mesti memperoleh didikan yang sama dengan laki-laki. Kaum Ibu harus
mempunyai didikan, agar dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi teman
suami dalam kehidupan intelek dan sosial.
Al-Thatawi berpendapat bahwa kaum ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern
agar mereka dapat menyesuaikan syari’at
dengan kebutuhan-kebutuhan modern.
Mengenai fatalisme, ia mencela orang Paris karena merekaa tak percaya qada
dan qadar, sedang pendapat yang semestinya menurut al-Thatawi adalah orang
harus percaya pada qada dan qadar disamping itu harus berusaha.
D. Jamaluddin
al-Afghani
Beliau lahir di As’adabad, dekat kota Kan’an di Kabul Afganistan pada tahun
1813 M. dan meninggal di Istambul pada tahun 1887 M. Nama lengkapnya adalah
Sayyid Jamaluddin al-Afgani ibn Safar. Ia adalah keturunan Sayyid Ali
al-Turmudzi. Jika ditelusuri keturunannya, maka berasal dari Husain ibn Ali ibn
Abi Thalib. Hal ini tercermin dari gelar Sayyid yang disandangnya.
Afgany terkenal sebagai muballig kondang dan suka berpindah dari satu
daerah ke daerah lainnya untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk bangkit
melawan penjajah Barat secara bersatu. Salah satu idenya yang sangat terkenal
adalah Pan Islamisme. Oleh karena itu, beliau lebih dikenal sebagai tokoh
pembaharu di bidang politik dibandingkan pembaharu di bidang pendidikan
E. Muhammad
Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849. ayahnya berasal dari Turki,
sedangkan ibunya keturunan Arab.
Abduh adalah salah seorang murid Afgani. Beliau sangat terkenal khususnya
dalam bidang pemikiran rasional sehingga digelar New Muttazilah. Namun demikian,
beliau tidak ketinggalan dalam bidang pendidikan, bahkan setelah menamatkan
studinya di al-Azhar pada tahun 1877, beliau mengajar di berbagai tempat
termasuk di almamaternya sendiri.
F. Rasyid
Rida
Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865
di al-Qalamun (Libanon). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan
al-Husain, cucu Nabi saw. Oleh karena itu, ia bergelar “al-Sayyid” di depan
namanya.
Rasyid Ridha sangat terkenal bersama dengan Abduh (gurunya) menerbitkan
majalah al-Manar yang kemudian menjadi sebuah tafsir modern yang bernama
Tafsir al-Manar.
G. Murid
dan Pengikut Muhammad Abduh
Diantara murid-murid terdapat ulama-ulama Al-Azhar seperti Syaikh
Muhammad Bakhit, Syaikh Mustafa al-Maraghi dan Syaikh Ali Surur al-Zankaluni,
pengarang yang mementingan soal agama, seperti Muhammad Farid Wadji dan Syaikh
Tantawi Jauhari, penulis-penulis yang mementingkan so’al kemasyarakatan,
seperti Qasim Amin, pemimpin-pemimpin politik, seperti Sa’ad Zaglul dan Ahmad
Lutfi al-Sayyid dan sastrawan-sastrawan Arab, seperti Ahmad Taimur, Sayyid
Mustafa Lutfi al-Manfaluti dan Muhammad Hafiz Ibrahim.
Syaikh Mustafa al-Maraghi disebut sebagai murid Muhammad Abduh yang
terbesar dikalangan orang-orang Al-Azhar. Atas usaha guru ia pada mulanya
diangkat menjadi Kepala Hakim Agama (Qadil-Qudat) di Sudan dan kemudian menjadi
Syaikh Al-Azhar ia berusaha mneruskan usaha guru untuk mengadakan
pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut. Peraturan untuk itu telah
dikeluarkan di tahun 1930, tetapi ia mendapat tantangan keras dari
kalangan-kalangan yang anti pembaharuan. Akhirnya ia terpaksa melepaskan
jabatan tinggi Al-Azhar yang dipegangnya itu.
BAB II
TURKI
A. Sultan
Mahmud II
Mahmud lahir
tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan,
sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia di angkat menjadi Sultan tahun
1807 dan meninggall tahun 1839.
Tahun 1826
Sultan Mahmud II membentuk korp tentara baru di luar Yeniseri dan menggunakan
instruktur dari Mesir tidak berasal dari Eropa agar tidak direspon
negatif oleh ulama dan segera membubarkan Yeniseri serta melarang Tarekat
Bektasy.
Mengadakan
penghapusan wajir agung diganti dengan perdana menteri, wajir agung pada saat
itu dipegang oleh syaikh al-Islam, pembaharuan sistem hukum yang memberlakukan
hukum sekuler di samping hukum syari’ah, peradilan syariah diserahkan kepada
syaikh al-Islam sedangkan peradilan sekuler diserahkan kepada Majlich-I Ahkam-I
Adliye, dan pembaharuan di bidang pendidikan dengan membentuk sekolah umum (
Mekteb-I Ma’arif) dan sekolah sastra ( mekteb-i ‘Ulum-u Edebiye), sekolah
Militer, Teknik, Pembedahan, Kedokteran
B. Tanzimat
Pembaharuan yang diadakan sebagai lanjutan dari usaha-usaha yang dijalanan
oleh Sultan Mahmud II dikenal dengan nama Tanzimat. Tanzimat berasal
dari bahasa Arab (mengatur), menyusun dan memperbaiki, dan dizaman itu memang
banyak diadakan peraturan dan undang-undang baru.
Dasar-dasar perubahan:
1.
Terjaminnya ketentraman hidup, harta dan kehormatan warga negara
2.
Peraturan mengenai pemungutan pajak
3.
Peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas militer.
C. Usmani
Muda
Ide-ide
pembaharuan Tanzimat selanjutnya diusung oleh gerakan Usmani Muda yang kritis
terhadap absolutisme kekuasaan kerajaan Turki dengan tokohnya: Ziya Pasya
(1825—M) dan Namik Kemal (1840-1888 M). Gerakan pada puncaknya bermaksud
menumbangkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid yang berakhir kegagalan. Sebab-sebab
kegagalannya antara lain:
1. Ide yang diusungnya tidak sepenuhnya terpahami oleh
kalangan istana;
2. Gerakannya tidak memiliki asas dukungan yang cukup
dari kalangan menengah yang bisa menjembataninya berhubungan dengan kalangan
lapisan bawah. Jadi cenderung bersifat elitis dan eksklusif;
3. Tidak adanya kekuatan yang cukup
untuk menandingi pilar-pilar kekuasaan Sultan.
D. Turki
Muda
Dengan
semakin absolutnya kediktatoran Sultan, memicu munculnya kaum oposan dari
beragam kalangan. Salah satunya adalah gerakan Turki Muda di bawah kepemimpinan
Ahmed Riza (1859-1931), Mehmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sihabuddin
(1877-1948). Dari ketiga tokoh yang telah akrab bersentuhan dengan ide-ide
Barat ini lahir ide-ide rekonstruksi Turki menjadi negara konstitusional dengan
struktur yang terdesentralisasi.
Jalur pendidikan tetap menjadi prioritas sebagai
instrumen perubahan yang vital. Pemuka Turki Muda tersebut kemudian bergabung
bersama kalangan militer dan elemen lainnya dalam kelompok Persatuan dan
Kemajuan (Ittihad ve Terekki) yang menginisiasi pemberontakan tahun 1908 M.
Sultan Abdul Hamid akhirnya menerima tuntutan untuk
mengadakan pemilu untuk membentuk parlemen yang kemudian diketuai oleh Ahmed
Riza. Peristiwa politik tersebut mempengaruhi stabilitas negara, dengan tanpa
dukungan dari kelompok ulama konservatif dan tarekat Bektasyi yang berpengaruh,
maka Sultan Mehmed V akhirnya naik ke tampuk kekuasaan.
Pemilu selanjutnya diadakan kembali tahun 1912 M yang
dimenangkan oleh kelompok Ittihad ve Terekki. Kekuasaan selanjutnya dipegang
oleh wakil dari kalangan militer di bawah Enver Pasya, Jemal Pasya, dan Talat
Pasya. Modernisasi Turki berlangsung kembali di segala aspeknya.
Ittihad ve Terekki membawa perubahan dalam bidang
administrasi, transportasi, ekonomi, pendidikan, perubahan pakaian, kehakiman,
serta publikasi.
E. Tiga
Aliran Pembaharuan : Barat, Islam, dan Nasionalis
Dari sejarah pembaharuan Turki selanjutnya didapati
tiga orientasi gerakan yang berbeda:
1. “Islam”, yang kukuh dengan ide
Islamisme dan perlu tegaknya pemerintahan Islam. Tokoh utamanya adalah Mehmed
Akif (1870-1938 M),
2.
“Nasionalis”, yang mengembangkan ide pan-Turkisme yang
bercita-cita tegaknya negara Turki yang memiliki identitas kultural otentik
yang khas dan berbeda dari masyarakat lainnya. Tokoh sayap gerakan ini adalah
Zia Gokalp (1875-1924 M),
3. “Modernis”, yang bereaksi terhadap
kelompok tradisionalis dengan mengusung Islam rasional yang akrab dengan
ide-ide Barat. Mereka menyerukan perlunya masyarakat Turki mengambil pola Barat
bagi kemajuan negerinya.
Dalam banyak hal ketiga aliran ini memiliki perbedaan
pandangan yang khas. Dalam soal institusi kenegaraan misalnya, kaum Islam melihat
perlunya negara Islam yang menerapkan hukum-hukum Tuhan.
Kaum Barat justru menganjurkan pemisahan antara agama
dan negara. Sementara kaum Nasionalis lebih melihat pada urgensitas langkah
yang dapat mereduksi peran mahkamah syari’ah di bawah Syaikh al-Islam yang
terlampau berlebihan.
Dalam bidang ekonomi, kaum Barat menganjurkan adopsi
sistem kapitalisme dan liberalisme yang dikecam oleh kaum tradisionalis sebagai
sistem yang sama buruknya dengan sosialisme dan komunisme. Khusus terkait bunga
bank, kaum nasionalis tidak sepakat dengan kaum Islam tentang keharamannya.
Menurut mereka, yang diharamkan oleh al-Qur’an adalah
bunga dalam transaksi jual-beli uang, bukan bunga bank dari menyewakan atau
meminjamkan uang.
Sementara di bidang pendidikan, kaum Barat menuntut
kebebasan pendidikan dan mimbar akademik dengan memasukkan materi-materi
filsafat, logika dan pengetahuan Barat lainnya. Sisi lain, kaum Islam yang
takut erosi terhadap identitas Islam karena pengaruh ilmu-ilmu Barat cenderung
mempertahankan sistem pendidikan madrasah.
Disini kaum Nasionalis lebih berkeinginan membangun
sistem pendidikan yang berakar dari nilai-nilai kultural yang asli dari bangsa
Turki. Khusus mengenai masalah perempuan, kalangan Barat menyerukan ide-ide
persamaan hal termasuk menyerang “kerudung” sebagai simbol yang memasung
perempuan.
Pemahaman ini jelas ditentang keras oleh kalangan
Islam. Adapun kaum nasionalis tampaknya berpihak pada pemikiran atas perlunya
partisipasi publik bagi perempuan di bidang sosial maupun ekonomi. Soal
poligami, kaum Nasionalis menyerukan penghapusannya.
Pembaharuan yang dikehendaki golongan Islam ialah
membuat Kerajaan Usmani sempurna sifat keislamannya. Hukum yangg dipakai
didalamnya harus hukum Islam dan pimpinan negara harus terletak di tangan kaum
ulama.
Golongan Barat dan Nasionalis Turki, walaupun telah
banyak dipengaruhi ide sekuler Barat, tetapi karena masih terikat agama, tidak
berhasil mengubah Kerajaan Usmani menjadi negara sekuler. Sungguhpun demikian
pembaharuan yang mereka ehendai bersifat radikal, tetapi dalam keradikalan itu
mereka tidak berniat menentang agama. Dengan lain kata pembaharuan mereka
kendatipun terlihat radikal, masih diusahakan supaya tidak keluar dari Islam.
F.
Mustafa Kemal
Seorang
pemimpin Turki baru baru, yang menyelamatan kerajaan Usmani dari kehancuran
total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki modern dan
atas jasanya, ia mendapat gelar Ataturk (Bapak Turki). Lahir di Salonika
tahun 1881 dan wafat tahun 1938. Ayahnya bernama Ali Riza pegawai biasa di
salah satu kantor pemerintahan kota dan Ibunya Zubeyde seorang yang amat dalam
rasa keagamaannya.
Sehabis Perang Dunia
I, ia diangat menjadi panglima dari semua pasukan yang ada di Turki Selatan. Tahun
1920 dengan bantuan teman-temannya, Mustafa Kemal berhasil membentuk Majelis
Nasional Agung.
Dalam sidang
Diangkara yang diketuai olehnya dihasilkan beberapa putusan:
1.
Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki
2.
Majelis Nasional Agung merupakan perwailan rakyat tertinggi
3.
Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan eksekutif dan
legislatif
4.
Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung
akan menjalankan tugas pemerintah
5.
Ketua Majelis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua Majelis
Negara.
Dalam pemikiran
tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan oleh ide golongan
Nasionalis Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat.
Sekularisme Mustafa
Kemal tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki, Ia menghilangkan
kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan.
BAB III
INDIA - PAKISTAN
A. Gerakan
Mujahidin
1.
Syah Abdul Aziz
Ide pembaharuan
yang dicetuskan Syah Waliyullah abad ke-18 diteruskan anaknya Syah Abdul Aziz
(1746-1823). Ia merupakan ulama terkemuka di zamannya. Ketika umumnya
bberpendapat belajar bahasa Eropa haram,
ia memberi fatwa bahwa belajar bahasa Inggris bukan saja boleh, tetapi perlu
untuk kemajuan umat Islam India.
Syah Abdul Aziz
ingin mengatasi keadaan umat islamyang lebih mundur daripada umat Hindu, karena
umat Hindu lebih banyak dipengaruhi peradaban
baru dari Inggris.
2.
Sayyid Ahmad Syahid
Salah seorang dari murid Syah Abdul Aziz, yang
kemudian berpengaruh dalam gerakan melaksanakan ajaran-ajaran Imam Waliyullah adalah Sayid Ahmad Syahid yang terkenal
juga dengan nama Sayid Ahmad Barelvi. Ia lahir pada tahun 1786 di Rae Bareli,
suatu tempat yang terletak dekat Locnow.
Pendidikannya khusus dalam bidang agama dimulai dari
kota kelahirannya, kemudian melanjutkan ke Delhi, dan di sinilah ia menjadi
salah seorang murid Abdul Aziz.
Usaha pemurnian dan pembersihan dalam Tauhid diarahkan
kepada:
a.
Yang boleh
disembah hanya Tuhan, secara langsung tanpa perantara dan upacara yang
berlebihan
b.
Kepada semua
makhluk tidak boleh disifatkan dengan sifat Tuhan, Malaikat, Roh wali dan
lain-lain tida mempunyai ekuasaan apa-apa untuk menolong manusia dalam
mengatasi kesulitan-kesulitannya. Mereka sama lemahnya dengan manusia dan sama
terbatas pengetahuannya mengenai Tuhan
c.
Sunah yang
diterima hanyalah sunah Nabi dan sunah yang timbul di zaman Khalifah Yang
Empat. Kebiaaan membaca tahlil dan menghiasi kuburan adalah bid’ah yang
menyesatkan dan harus dijauhi.
Sesudah wafatnya Sayyid ahmad Syahid, segolongan dari
pengikutnya meninggalkan medan jihad dan memasuki bidang pendidikan. Perhatian
pemuka Gerakan Mujahidin pada lapangan pendidikan meningat lagi setelah
gagalnya pemberontakan 1857.
Diantara pemuka-pemuka itu terdapat Maulana Muhammad
Qasim Nanantawi dan Maulana Muhammad Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz.
Dibawah mereka, salah satu madrasah
kecil di Deoband ditingkatkan menjadi perguruan tinggi agama dengan nama Darul
Ulum Deoband. Dari sinilah lahir ulama-ulama yang berpengaruh besar terhadap
masyarakat Islam India. Kedudukan Deoband di India sama dengan kedudukan
Al-Azhar di Mesir.
B. Sayyid
Ahmad Khan
Lahir di
Delhi tahun 1857 dan menurut keterangan
berasal dari keturunan Husein, cucu nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali.
Neneknya, Sayyid Hadi,
adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754 – 1759)
Di masa
“Pemberontakan 1857” ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan
banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Ia berpendapat bahwa peningkatan
kedudukan Umat Islam India, dapat diwujudkan dengan bekerja sama dengan
Inggris.
Ia berusaha
meyakinkan Inggris bahwa dalam “Pemberontakan
Ia menolak
paham taklid, bahkan tidak segan menyerang ajaran ini. Sumber ajaran Islam
menurut pendapatnya hanyalah Al-Qur’an
dan Hadis. Tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris Muradabad
C. Gerakan
Aligarh
Ide-ide pembaharuan
yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan
dianut dan disebarkan oleh murid serta pengikutnya dan timbullah apa yang
dikenal dengan Geraan Aligarh. Pusatnya ialah Muhammedan Anglo Oriental College
(MAOC) yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu Aligarh, di
tingkatkanmenjadi universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh tahun 1920
yang meneruskan tradisi psat gerakan pembaharuan Islam India.
Gerakan ini
yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaharuan kalangan Islam India.
Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya seperti yang
dicetuskan Amir Ali, Muhammad Iqbal, Maulana Abul Kalam Azad, dan sebagainya
payah akan dapat timbul. Gerakan ini pula yang meningkatkan umat Islam India
dari masyarakat yang mundur menjadi mayarakat yang bangkit menuju kemajuan
D. Sayyid
Amir Ali
Sayyid Amir Ali
lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Tahun
1877 ia membentuk National Muhammad Association, sebagai wadah persatuan umat
Islam India.
Pemikir pertama
yang kembali ke sejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama Islam adalah agama
rasional dan agama kemajuan adalah Sayyid Amir Ali. Bukunya The Spirit of
Islam dicetak untuk pertama kalinya tahun 1891.
E. Iqbal,
Jinnah, dan Pakistan
1.
Muhammad Iqbal
Lahir di
Sialkot tahun 1876. Muhammad Iqbal adalah penyair dan filsof. Sama dengan
pembaharu-pembaharu lain, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500
tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran.
Dalam riwayat
hidupnya Iqbal pernah menjadi Presiden Liga Muslimin tahun 1930.
Menurut Iqbal,
hukum dalam islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang
sesuai perembangan zaman. Islam pada hakikatnya mengajarkan dinamisme demikian
pendapat Iqbal. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat
atau tanda yang terdapat terhadap alam.
Konsep Islam
mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Kemaajuan serta
kemunduran dibuat Tuhan silih berganti.
Paham dinamisme
inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India.
Iqbal tidak berpendapat bahwa baratlah yang haus dijadikaan model.
Ide Iqbal bahwa
umat Islam India merupakan suatu bangsa dan oleh karean itu memerlukan satu
negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang
persaudaraan dan persatuan umat Islam.
Ia bukanlah
seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah orang
pan-Islamis. Islam bukan nasionalisme dan bukan pula imperalisme, tetapi Liga
bangsa-bangsa.
Pengaruh iqbal
dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme dikalangan umat islam
dan menunjukan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai
umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari teanan teanan
luar.
2.
Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali
Jinnah adalah anak seorang saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25
Desember 1876. Tahun 1913 Jinnah dipilih menjadi presiden Liga Muslimin.
Dibawah pimpinan Jinnah kali ini Liga Muslimin berubah menjadi gerakan rakyat
yang kuat.
Pembaharu di
India memilik,i peran masing-masing, disengaja atau tidak dalam perwujudan
pakistan. Sayyid Ahmad han dengan idenya tentang pentingnya ilmu pengetahuan,
Sayyid Amir Ali dengan idenya bahwa Islam tidak menentang kemajuan modern, dan
Iqbal dengan ide dinamikannya, amat membantu usaha Jinnah menggerakan umat
Islam India untuk menciptakan negara dan masyarakat islam modern di anak benua
India.
F.
Abul Kalam Azad dan Nasionalisme
India
Abul Kalam
lahir tahun 1888 di Mekkah dan wafat tahun 1958. Tahun 1912 ia mnegeluarkan
suatu majalah di Kalkuta yang bernama Al-Hilal. Di majalah ini ia
keluarkan ide-idenya mengenai agama yang pada waktu itu mengejutkan golongan
ulama.
Al-Hilal
juga mengandung ide-ide politik dan karena serangan dan kritiknya tajam
terhadap pemerintah Inggris, majalah itu akhirnya dilarang terbit. Tahun 1923
ia dipilih menjadi prsiden partai Kongres, dan untuk kedua kalinya pada tahun
1940. Setelah India merdeka, Ia pernah menjaddi Menteri Pendidikan India.
Pemikirannya
dalam bidang agama tidak seliberal pemikiran Ahmad Khan. Sebagai murid Sibli,
pembaharuannya kelihatan bersifat moderat. Tujuannya seperti tersebut dalam Al-Hilal
ialah melepaskan umat Islam dari pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan
taklid, Ia menganjurkan kembali pada Al-Qur’an dan untuk keperluan ini Ia
terjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Urdu dengan diberi tafsiran.
Al-Qur’an harus dipahami sebagaimana ia, terlepas dari pengaruh
pemikiran ahli hukum, sufi, teolog, filsof dan sebagainya. Sebagai nasionalis India
ia mempunyai pengaruh terutama dikalangan umat Hindu. Ia diharapkan dapat
menarik golongan Islam Indiaa ke piha partai Kongres. Ia memang tidak segan-segan
mengkritik gerakan Aligarh. Pendidikan modern yang dibawa Sayyid Ahmad Khan
hanya menghasilkan orang-orang berjiwa pegawai dan tundu pada Inggris.
Sikap nasionalisme India yang terdapat pada Gerakan Aligarh juga ia
tentang. Dalam pendapatnya antara Islam dan nasionalisme India tida ada
pertentangan. Semua umat manusia bersaudara, darah seorang bukan Muslim sama
tingginya dengan darah seorang Muslim.
Di tahun 1929 ia membentu Kelompo Nasionalis Islam yang diketuai
oeh Abul kalam sendiri, tujuannya ialah untuk membangkitkan jiwa patriotisme
dikalangan umat Islam India dan mencari penyelesaian tentang perbedaan paham
dan tujuan antara umat Islam dan umat Hindu.
Perkembangan selanjutnya dari pembaharuan dan politik di India,
sebagai diketahui, tidak membawa kepada apa yang dicita-citakan Abul Kalam
Azad. Yang tercapai bukanlah kemerdekaan India yang utuh, tetapi pecahnya India
menjadi dua negara, negara umat Islam dan negara umat Hindu. Yang tercapai
ialah apa yang diperjuangkan oleh umat Islam non-nasionalis India.
0 Response to "Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam (Prof.Dr. Harun Nasution)"
Post a Comment